Assalamu’alaikum
pembaca yang budiman. Hari sabtu kemarin aku pulang kampung lho, alhamdulillah
aku masih di pertemukan dengan kedua orang tuaku yang sehat keadaanya.
Bagaimana dengan minggu kalian? Apakah kalian yang sedang merantau sudah
menghubungi orang tua kalian di rumah? Apakah sudah memastikan bahwa keadaanya
baik-baik saja. Jika belum, baiknya segera menghubungi yaa.
Setelah sampai rumah
aku disambut hangat oleh senyuman ibuku yang sedang menyapu rumah. Aku segera
membereskan barangku dan segera mencari tempat ternyaman dirumah. Iya, aku
ingin merebahkan badan, hehe. Agak lelah ya perjalanan dari Surabaya ke
Bojonegoro. Seperti biasa, kalau aku pulang kampung, aku sempatkan berkunjung
ke keluarga terdekat, memastikan keadaan mereka. Alhamdulillah masih di beri
kesempatan Allah untuk berkunjung ke tetangga, ke keluarga dekat rumah.
Dan saatnya untuk balik
ke Surabaya, aku balik naik kereta lagi guys. Setelah beberapa menit menunggu
kereta tiba, aku bertemu banyak penumpang lainnya, dari nenek-nenek, ibu-ibu,
remaja bahkan juga anak-anak kecil. Saat menit-menit teakhir kereta tiba,
stasiun mendadak riuh, banyaknya penumpang menjadikanku semakin tak terlihat
diantara mereka. Aku tertutupi oleh kesibukan stasiun kereta api.
Okey, saatnya aku naik
kereta. Aku hanya mencari bangku yang kosong di antara deretan kursi yang aku
lalui. Akhirnya ada bangku kursi kosong yang berlawanan arah ada bapak-bapak
menduduki kursi itu sendirian, dan tidak lama kemudian ada mbah-mbah
menghampiriku, dia sekarang duduk disebelahku. Dengan berjalannya waktu, bapak
depanku bertanya dengan nenek tadi “mau turun mana?” dan nenek itu pun menjawab
“turun di pasar turi. Aku hanya diam dan
menjadi pendengar.
Dan aku menyaut
percapakan i tu dengan spontan “turun
pundi mbah? Pasar turi?” tanya ku. “iya pasar turi, la sampeyan?” “tandes, kulo mboten angsal kursi mbah,
mangke nek wonten tiang padosi kursine kulo pindah.” Jelasku ke mbah. “podo
nduk, aku yo ora oleh kursi” mbah itu menjawab. Dan kita sama-sama ketawa
“hahhaha”. Tiba-tiba bapak didepan kami menyaut “kulo nggih sering mboten
angsal nomer kursi tapi ten kreta nggih lenggah terus mbah.” Dan kita bertiga
ketawa kecil bersama di atas kreta “hahahaha” karena kami bertiga tidak dapat
nomer kursi di tiket tapi kami dapat tempat duduk yang nyaman. Alhamdulillah
.nikmat Allah.
Setelah beberapa saat
kemudian, ada mas-mas yang cari tempat duduk, berhubung tempat dudukku kosong,
bapak depanku menawarkan kursi itu ke mas-mas tadi. Dan mas tadi bersedia duduk
di samping bapak tadi.
Mulailah dari sini aku
berposisi sebagai pendengar. Aku yang sedang membaca novel “Hujan Matahari”
dari penulis kondang, kurniawan gunadi, diam diam mendengarkan percakapan
bapak-bapak tadi dan mas-mas tadi yang berada di depan pas tempat duduku.
Sedangkan mbah-mbah sebelahku sedang terlelap tidur.
Setelah mas ini
meletakkan tasnya diatas, dia memainkan handphonenya, ternyata dia sedang
menyeting AC dikereta ini dengan gadget canggihnya itu. Dia memposisikan
dirinya duduk nyaman di kursinya, dan bapak sebelahnya bertanya “mau turun mana
mas?” mas itu menjawab “ turun gubeng”
seingatku seperti itu. Mulailah dari situ banyak pembicaraan yang mereka
bicarakan.
Ternyata bapak itu
sedang mau mengunjungi anaknya yang sedang sakit di rumah sakit surabaya, anak
gadis bapak itu menderita penyakit diabetes dan ginjal, bapak itu terus
bercerita kepada mas tadi. Sehingga mas tadi sepertinya semakin penasaran
dengan bapak itu.
Aku hanya sebagai
pendengar menghembuskan nafas panjang “Ya Allah, berikanlah bapak ini kekuatan”
Aamiin,ucapku dalam hati.
Mas tadi bertanya lagi
“La penyebab awal niku pripun pak, kok sampai sakit?”
“penyebab awal nya apa
pak, kok sampai sakit seperti itu? .
bapak tadi menjawab “Ya, dulu itu sering
minum-minuman bersoda, minum-minuman yang tidak sehat begitu mas, terus minum
air putih e kurang.”
Mas tadi menjawab “ iya
menawi niki cobaan njenengan pak, bade dinaikan derajat kaleh Allah.” “iya
mungkin ini cobaan dari Allah pak, yang akan menaikkan derajat bapak.”
Bapak tadi menjawab
“nggih mas, nggih, saya juga berusaha berdoa, yang penting anak saya sehat
kembali.” Ujar bapak.
Adduuuuh, aku
tersentuuh banget dengar percakapan bapak dan mas depan ku ini. Aku hanya
pura-pura melihat buku yang aku pegang, kelihatanya membaca tapi tidak, aku
sedang mendengarkan beliau-beliau ini berbicara. Lagi lagi percakapan itu belum
selesai, banyak yang mereka perbincangkan. Aku hanya sebagai pendengar.
Mas itu ternyata
memberikan solusi kepada bapak tadi, “sampun nyubi minum jinten cemeng kaleh
madu pak putrine?” “sudah pernah coba minum jintem hitam dan madu pak putrinya?”
tanya mas itu. Dan bapak itu menjawab “belum
mas, pripun?” bagaimna mas itu?” tanya bapaknya.
“iya pak, jadi
Rasululllah sudah pernah berpesan kalu jinten hitam dan madu itu dapat
menyembuhkan segala macam penyakit.”
“bagaimana mas cara
minumnya?”
“iya bapak kasih kan
aja beberapa jinten hitam di minuman putri bapak, teh atau apa ndak apa-apa,
biasanya saya tak campurkan di teh pak, jintennya.”
“oh seperti itu...”
“lalu madunya mas? Madu
apa?”
“ya seadanya pak, yang
penting madu.”
“kan ada, madu hitam itu
ya mas?”
“iya ada madu hitam
pak, tapi menurut saya madu hitam itu keras pak.”
Mendengarkan perbincangan
mereka yang semakin seru. Aku baru tahu guys, kalau selama ini madu itu ada
macamnya ya, madu hitam ada juga ternyata. Oke, aku dapat pengetahuan baru dari
percakapan mereka. Kita lanjutkan percakapan mereka yaa.
“nggih mas, makasih
banyak ya sarannya, nanti saya coba cari jintenya dan madu.”
“iyaa pak, siapa tahu
bisa membantu kesembuhan putri bapak.” Ujar mas-mas depanku yang akan merantau
ke kalimantan meninggalkan anak semata wayang di rumah.
“kulo crito nggih pak,”
“saya crita ya pak”. Ujar mas tadi ke bapak itu.
“iya monggo.”
“jadi dulu itu teman
saya menderita penyakit kanker, sudah di vonis dokter masa hidupnya sudah tidak
lama lagi. Dia mulai mendekatkan diri ke Allah, ya sholat dan lain-lain, pasti
kalau di buat sholat itu waktu sujud itu sakit banget kepalanya katanya, tapi
dia bilang ke saya pak, “walaupun sakit saat sholat ndak apa-apa, sholat kan
perintah Allah, sesakit apapun tetap dijalani dengan ikhlas.” Ya Allah pak,
jarak beberapa bulan begitu ada perubahan yang nyata, teman saya ndak jadi
operasi kanker, karena kondisi badannya sudah membaik. Ya seperti itu ya pak,
pelajaran yang harus kita ambil, memang mendekatkan diri pada Allah itu salah
satu cara untuk mengobati segala macam penyakit.” Jelas mas itu ke bapak
sampingnya.
Aku tetap masih sebagai
pendengar. Tetap melihat buku, padahal mendengarkan.
Setelah itu bapak tadi
bercerita tentang kesholihan anaknya. Yaaa lumrahlah ya, beliau begitu sayang
dengan putrinya tadi.
Dan masih banyak cerita
menemaniku di kereta menuju Surabaya. Mereka berdua tetap masih asik
membicarakan sesuatu di depanku yang sedang memegang buku bacaan.
Namun,
tiba-tiba petugas kereta dari arah depanku berteriak kepada penumpang,
“Ini AC nya ada yang
nyetting ya, awalnya ini bukan 16 derajat, makanya panas banget, beda dengan AC
yang di luar kereta ini, semakin kecil derajatnya bukan semakin dingin tapi
semakin panas. Hayo siapa yang merasa menyetting AC nya?” ujar petugas kereta.
Aku terdiam, ingatanku
langsung menuju kejadian awal tadi, iya aku sudah tahu siapa pelaku penyetting
AC ini. Sedangkan penumpang yang lain riuh karena kepanasan. “aduh, makanya
panas banget yaaa, siapa yang nyetting
ya,..” ujar salah satu penumpang.
Aku mencoba diam, dan
memperhatikan tingkah mas depanku itu. Dan petugas kereta pun bersuara lagi “minta
tolong yang menyetting AC di kembalikan ke settingan awal, saya tidak akan
merubah settingannya, yang nyetting ini Hp Xiomi, yang merasa silakan
dikembalikan” kata petugas kereta. #UPS MAAP SEBUT MERK.
Dan mas tadi pura-pura
tidak tahu, dan langsung mengalihkan fokusnya ditanya sesuatu hal lain di bapak
sampingnya tadi, tanpa merasa bersalah. Seddihh bangetttt sih sederetan panas
karena orang ini. Lho nin, kamu nggak tegur? Aduuuh mau negur gimana, orangnya
aja no care sama perbuatannya, ketimbang aku tegur si mas tadi enggak ngaku,
aku nya nanti yang malu, dan jadi ribut. Lebih baiik aku diam, lebih baik aku
teruskan baca buku yang aku pegang. Dan lebih baik lagi doain mas-mas ini sadar
kalu perbuatannya, walupun kecil dampaknya besar ke orang-orang. Iya kita jadi
kepanasan, walaupun hanya beberapa deret kursi saja yang kena dampaknya.
Okay, mas dan bapak
tadi masih meneruskan perbincangan mereka. Dan aku mulai tidak mendengarkan
lagi. Tiba-tiba, bapak tadi memanggilku, “mbak boleh pinjam bolpoin?” dan aku
jawab “apa pak,” bapak itu jawab “bolpoin mbak,”.. oh okee sebentar saya
carikan.” Aku cari bolpoin di tas ranselku. Dan akhirnya ketemu. Bapak tadi
pinjam bolpoin untuk mencatat nomer hp mas tadi. Oke setelah bolpoin itu di
kembalikan kepadaku aku segera membereskan barang bawaanku. Tidak terasa aku
sudah sampai distasiun tandes.
Alhamdulillah,
perjalananku lancar.
Dan aku pesan ojek online. Sampailah aku di Surabaya.
That’s all my short
journey in train. Banyak hal yang aku dapat walaupun hanya sebagai pendengar.❤❤❤
0 comments:
Post a Comment