“Bapak,
hari ini aku pulang ya, aku kangen, aku mau pulang.” SMSku ke bapak.
“Iya
pulang nggak apa-apa, lha naik apa?” Balas bapak.
“Naik
kereta ya bapak, aku sama dek putri, dia mau ikut bareng pulang.” Balasku.
“Okay,
nanti aku jemput di stasiun, nanti kabarin bapak ya.” Jawab bapak.
“Okeee.”
Ku tutup pesanku.
Diatas
adalah percakapan singkatku saat aku mau pulang kampung Dua minggu yang
lalu. Dan baliknya ke surabaya dengan
sangat senang hati, bapak bersedia mengantarkanku ke kosan. Baginya, aku masih
belum siap naik sepeda motor jauh-jauh, ya kalau kalian tahu ceritaku
sebelumnya, tahulah, bapak masih gak tega aku sepeda motoran sendiri dalam
waktu dekat ini. Padahal udah 3 tahunan lebih, aku selalu naik sepeda motor
kalau pulang kampung. Ya, namanya juga orang tua, sayang banget sama anaknya.
Di
bawah adalah percakapan saat aku balik ke Surabaya diantar bapak.
“Tak
critani yaa.” Bapak mengajak aku bicara tiba-tiba.
“Crita
opo?” jawabku.
“Dek
usuk ya, enek wong tuwek ndek toko, ngomong ngene nek bapak, “lek e aku kei
rokok e,” terus tak kei rokok, terus aku takok “gak kurang mbah?” de e jawab “ora
matur nuwun” terus mbah iku langsung mere.” Cerita bapak.
“lha
sopo mbah kui bapak?” tanyaku.
“ya
wong kui uwes biasa ndek tokone, kadang yo sering gitu, tapi, iki koyo wes sue
ra rene, dek esuk rene, moro-moro njaluk rokok, ya wes tak kei.” Ujar bapak.
“ohh..
la terus?” tanyaku.
“rokok
seng tak kenakno mbah kui kan Cuma harga seribu, moro ngunu lo ya, beberapa jam
kemudian, banyak orang yang beli bahkan jutaan nduk, pesan aqua, pesan apa
gitu, langsung Allah kirimkan balasan, nek dipikir lo ora tok.” Tangkas bapak.
“
jal yo, mosok ngekei wong hanya seribu dikasih lebih dari sejuta, itu
kalkulator mana yang bisa gitu, udah dilipatkan beberapa kali rezekinya?”
tambah bapak.
“
masak bapak??” sahutku dengan terkejut.
“iyaa
nduk,, kalkulator Allah itu tidak ada yang menandingi yaa, kalau kita ikhlas
ngasih orang, walaupun hanya seberapa, seribu bahkan 500 rupiah, kalau kita
sabar, Allah akan ganti apa yang sudah kita berikan kepada orang lain.” Nasihat
bapak.
“beetuuul
banget bapak.”
“Ya
begitulah hidup nduk, kalau ada orang yang susah ya harus kita bantu kalau kita
bisa bantu, kalau ada orang minta ya dikasih kalau kita bisa ngasih.” Ujar bapak.
“iya
bapak, beneer banget.”
Percakapan
itu membuatku merenung lagi.
Ada
banyak kesempatan yang telah aku lewatkan untuk membantu orang lain, padahal
ketika aku membantu orang lain, aku yakin Allah pasti akan menggantinya. Di dalam
perjalanan bapak mengantarkanku balik ke Surabaya ada hikmah dan makna hidup
yang disampaikan bapak. Semua itu tentang kalkukator Allah.
Kalkulator
Allah tidak bisa kita capai angkanya, bahkan perkalian pertambahan di dalam
kalkulator yang kita miliki tak akan cukup untuk menandingi kalkulator Allah.
Kalkulator Allah besar banget. Dan semua itu memang tentang keikhlasan dalam
memberi, selama di dunia kita terus diasah oleh Allah seberapa besar kadar
keikhlasan kita membantu orang lain, memberi orang lain, dan lain lain akan
berdampak pada bagaimana kalkulator Allah dioperasikan. Ketika kadar keikhlasan
kita tinggi, tidak mengharap dibalas, lillahi ta’ala, InsyaAllah, Allah angka
yang muncul di kalkukator Allah juga besar.
Yuk
selalu besarkan keikhlasan dalam memberi sesuatu kepada saudara kita, karena
kalkulator Allah akan lebih besar daripada kadar keikhlasan kita.
Selamat
memburu kebaikan. :D
0 comments:
Post a Comment