Thursday, November 21, 2019

Kalkulator Allah


“Bapak, hari ini aku pulang ya, aku kangen, aku mau pulang.” SMSku ke bapak.
“Iya pulang nggak apa-apa, lha naik apa?” Balas bapak.
“Naik kereta ya bapak, aku sama dek putri, dia mau ikut bareng pulang.” Balasku.
“Okay, nanti aku jemput di stasiun, nanti kabarin bapak ya.” Jawab bapak.
“Okeee.” Ku tutup pesanku.

      Diatas adalah percakapan singkatku saat aku mau pulang kampung Dua minggu yang lalu.  Dan baliknya ke surabaya dengan sangat senang hati, bapak bersedia mengantarkanku ke kosan. Baginya, aku masih belum siap naik sepeda motor jauh-jauh, ya kalau kalian tahu ceritaku sebelumnya, tahulah, bapak masih gak tega aku sepeda motoran sendiri dalam waktu dekat ini. Padahal udah 3 tahunan lebih, aku selalu naik sepeda motor kalau pulang kampung. Ya, namanya juga orang tua, sayang banget sama anaknya.

Di bawah adalah percakapan saat aku balik ke Surabaya diantar bapak.

“Tak critani yaa.” Bapak mengajak aku bicara tiba-tiba.
“Crita opo?” jawabku.
“Dek usuk ya, enek wong tuwek ndek toko, ngomong ngene nek bapak, “lek e aku kei rokok e,” terus tak kei rokok, terus aku takok “gak kurang mbah?” de e jawab “ora matur nuwun” terus mbah iku langsung mere.” Cerita bapak.
“lha sopo mbah kui bapak?” tanyaku.
“ya wong kui uwes biasa ndek tokone, kadang yo sering gitu, tapi, iki koyo wes sue ra rene, dek esuk rene, moro-moro njaluk rokok, ya wes tak kei.” Ujar bapak.
“ohh.. la terus?” tanyaku.
“rokok seng tak kenakno mbah kui kan Cuma harga seribu, moro ngunu lo ya, beberapa jam kemudian, banyak orang yang beli bahkan jutaan nduk, pesan aqua, pesan apa gitu, langsung Allah kirimkan balasan, nek dipikir lo ora tok.” Tangkas bapak.
“ jal yo, mosok ngekei wong hanya seribu dikasih lebih dari sejuta, itu kalkulator mana yang bisa gitu, udah dilipatkan beberapa kali rezekinya?” tambah bapak.
“ masak bapak??” sahutku dengan terkejut.
“iyaa nduk,, kalkulator Allah itu tidak ada yang menandingi yaa, kalau kita ikhlas ngasih orang, walaupun hanya seberapa, seribu bahkan 500 rupiah, kalau kita sabar, Allah akan ganti apa yang sudah kita berikan kepada orang lain.” Nasihat bapak.
“beetuuul banget bapak.”
“Ya begitulah hidup nduk, kalau ada orang yang susah ya harus kita bantu kalau kita bisa bantu, kalau ada orang minta ya dikasih kalau kita bisa ngasih.” Ujar bapak.
“iya bapak, beneer banget.”
Percakapan itu membuatku merenung lagi.

      Ada banyak kesempatan yang telah aku lewatkan untuk membantu orang lain, padahal ketika aku membantu orang lain, aku yakin Allah pasti akan menggantinya. Di dalam perjalanan bapak mengantarkanku balik ke Surabaya ada hikmah dan makna hidup yang disampaikan bapak. Semua itu tentang kalkukator Allah.

    Kalkulator Allah tidak bisa kita capai angkanya, bahkan perkalian pertambahan di dalam kalkulator yang kita miliki tak akan cukup untuk menandingi kalkulator Allah. Kalkulator Allah besar banget. Dan semua itu memang tentang keikhlasan dalam memberi, selama di dunia kita terus diasah oleh Allah seberapa besar kadar keikhlasan kita membantu orang lain, memberi orang lain, dan lain lain akan berdampak pada bagaimana kalkulator Allah dioperasikan. Ketika kadar keikhlasan kita tinggi, tidak mengharap dibalas, lillahi ta’ala, InsyaAllah, Allah angka yang muncul di kalkukator Allah juga besar.


Yuk selalu besarkan keikhlasan dalam memberi sesuatu kepada saudara kita, karena kalkulator Allah akan lebih besar daripada kadar keikhlasan kita.

Selamat memburu kebaikan. :D


0 comments:

Post a Comment