Sunday, September 8, 2019

Di Jalur Ujian Yang Berbeda


Assalamu’alaikum Warohmatullah Wabarokatuh teman-teman...

Bagaimana kabar kalian minggu ini? Aku rasa kalian disibukkan dengan tugas kalian masing-masing ya, alhamdulillah kalau begitu, semoga disibukkan dengan hal-hal yang bermanfaat ya. Jangan lupa jaga kesehatan kalian. Then, the important thing is you have to keep your iman.

Alhamdulillah, keadaanku sudah mulai membaik, J sudah bisa berbicara kencang, wkwkwk, sudah bisa bercerita panjang, dan tentunya sudah bisa mendengarkan cerita-cerita yang mengasikkan. Aku sudah sehat dari pneomoniaku, alhamdulillah sudah bisa mengikuti kuliah dengan lancar dan bisa haha hihi dikelas. Alhamdulillah, Allah berikan aku nikmat kedua setelah iman, yaitu sehat. Namun, aku masih perlu kontrol lagi biar memastikan kalau pneomoniaku sudah sembuh. Doain ya...
Oiya, minggu ini tugasku hanya beberapa saja jadi aku berniat untuk menulis tulisan yang belum aku tulis di blog. Sudah lama ingin menuangkan cerita-cerita teman-temanku yang sangat inspiratif buat pelajaran hidup kita. Salah satunya adalah cerita dari salah satu adik tingkatku, dia bercerita banyak kepadaku tentang perjuangannya semasa kuliah dengan keluarganya. Ceritanya membuatku tersadar bahwa kita semua ini ada di jalur ujian berbeda-beda dalam hidup ini.

Setelah lulus SMA, dia lolos di SBMPTN di UNESA, dia yang juga berasal dari kota yang sama denganku dipertemukan Allah di kegiatan jurusan b. Inggris. Alhamdulillah sekarang dia kenal baik denganku. Yang ingin aku ceritakan adalah perjuanganya menyelesaikan studynya.  Iya, dia sebenarnya tidak begitu fokus dengan study selama s1 nya, kadang ingin saja menyerah, karena banyak pikiran yang bisa membuatnya stress. Bukan hanya karena tugas kuliahnya saja, akan tetapi, hal lain yang membuatnya cepat berotasi ke dalam kesedihan. Dengan banyaknya tugas kuliah, biasanya aku tinggal pulang kampung biar otak refresh lagi. Tapi tidak dengan dia, dia terkadang tidak mau pulang kampung.

Dia berkata dia penuh konflik batin ketika pulang kampung. Dia nggak ingin tambah pusing ketika pulang, memikirkan tugas kuliah ditambah orang-orang rumah. Lalu aku bertanya “lha kenapa dengan orang-orang rumah, dek? Kamu di minta ngerjakan pekerjaan rumahkah?”. “Nggak mbak, maaf ya mbak aku jujur kalau pulang itu aku serba salah, aku harus menghadapi bapakku, bapakku moodyan gitu mbk?”. Jawabnya.  “Moodyan bagaimana dek?” tanyaku. Dia mulai becerita “Bapaku sedang sakit mbak,  beliau terkena stroke mbak, jadi sekarang ndak bisa ngomong jelas, kalau misal aku ngomong apa gitu dianggap beliau marah, padahal aku ndak bermaksut marah. Lalu kalau aku bicara pelan-pelan gitu, yang enggak kedengaran beliau, beliau kira aku sedang guncing beliau, aduh serba repot deh. Aku kadang dirumah sering emosi dengan keadaan bapakku mbak, makanya dari itu aku terkadang nggak pengen pulang.” Jelasnya. "Ya Allah, jadi bapakmu sakit? Sejak kapan?” tanyaku. “sejak aku SMA mbak.” (seingatku dia bilang sejak SMA). “Jadi ibu yang sekarang juga buka toko kecil-kecilan mbak dirumah sambil rawat bapak dirumah.” Jelas dia.

MasyaAllah, aku merinding mendengarkan cerita dia, dibalik dia yang ceria di depanku, ternyata ada banyak hal yang dia sembunyikan sendirian. Dia kuat menahan emosinya yang membara, ketika di depan bapaknya, yang kadang mood-moodan kalau ngajak ngomong. Dia sedang di uji Allah. “Sabar ya dek, ketika kamu merawat bapak, InsyaAllah itu ladang amal kamu untuk berbakti pada orang tua.” Ucapku pada dia. “Iya mbak, terkadang aku curhat sama ibu ku, aku capek hadapin bapak, aku lelah gitu mbak, dan aku juga kasihan sama ibu ku .” Rintih dia. “aku turut sedih dek, tapi mau bagaimana lagi, Allah ngasih ujian sesuai kemampuan kita, seperti itu InsyaAllah, iya diterima ya dek, aku doakan semoga bapak mu segera sembuh ya, pasti ada hikmah di balik semua ini kan?” jawabku. “Iya mbak, setelah itu, aku berpikir banyak sekali mbak hikmah dari bapak sakit itu, salah satunya membuat aku dan ibu ku lebih ikhlas menerima takdir dari Allah, ladang amal ibuku untuk merawat bapak ku.” Ujar dia.

“Makasih ya dek, udah kasih aku pelajaran dari hidupmu, aku sekarang harus lebih banyak bersyukur, harus banyak banyak mendoakan orang juga ya, karena kita tidak tahu teman mana kita yang sedang dalam kesusahan, makasih  ya dek, sudah cerita denganku.” Tutup pembicaraanku dengan dia.

Padahal di awal, aku tidak mengira kalau dia punya masalah seberat itu dirumah, aku tahu pasti dengan bapak nya sakit di rumah membuat psikology nya terganggu, pasti ada tekanan batin tersendiri dalam menjalani kehidupannya di perkuliahan. Ohh, aku tidak bisa membayangkan kalau itu terjadi pada ku. Ya Allah, berilah kesabaran untuk dia dan keluargnya. Aamiin

Dari cerita yang diceritakan adik tingkatku, sekali lagi aku katakan, kita berada dalam jalur ujian berbeda. Allah tahu betul jalur kita sudah sampai mana, Allah tahu betul kapasitas kita seberapa, maka dari itu, segala ujian yang datang ke kita sudah Allah ukur sesuai kemampuan kita. aku merasakan betul hal itu. Ketika aku belum bisa menerima ujian tersebut, maka Allah bantu mampukan aku saat itu juga. Pun dengan kalian teman, Allah pasti membantu kamu disetiap ujian yang kamu hadapi.

Di hari yang sama, adik tingkatku yang lain juga berkunjung kekosanku, dia tiba-tiba menangis sedih di depanku. “Lho, kenapa dek? Ada yang perlu aku dengarkan, ceritaa saja ndak apa-apa,” ucapku. “Mbak, aku finansialku lagi sulit, aku kemaren pulang, niatku mau minta uang sama orang tuaku, tapi aku malah di marah-marahin, aku dimarahin mbak ku juga. Padahal ya mbak, aku ini sepeda motor ngredit sendiri lho, sekarang waktunya bayar, terus uangku sudah mulai menipis mbak, nunggu uang bayar les, juga belum dibayar.” Dia sambil nangis dan aku peluk. Aku tersentuh di kamar kosan yang lembar menurutku.
“Ya Allah dek, tarik nafas yang panjang dulu ya, ndak apa-apa. Semua masalah ada solusinya kok.” Tenangku kepadanya.  Dia tersesak sesak menangis di bahuku, “Ya mbak, yang aku masalahkan sebenarnya bukan uangnya sih mbk, tapi orang-orang dirumah, apalagi mbakku, entah kenapa dia itu benci sama aku, aku pulang aja gitu katanya nyusahkan orang tua, pokok omongnya g enak, aku benci mbak, ya nggak apa-apa nggak dikasih uang, tapi coba ngomong yang baik-baik kalau belum punya uang gitu, aku sakit hati banget mbk.” Curhatnya sambil berceceran air matanya.

“Iya dek, tarik nafas lagi ya, istigfarr, tenangin pikiranmu dulu, ndak apa-apa, kan ada aku, yang bisa kamu jadikan mbak juga J “ ucapku. “ sekarang tenangkan pikiran dulu ya, nanti kita cari jalan keluarnya sama-sama. Ucapku ingin menenangkannya.

Dalam satu hari, aku di pertemukan Allah dengan dua orang yang berbeda permasalahannya, bukan permasalahan kuliah lagi, tapi permasalah hidup. Ujian mereka berat-berat ternyata, yang mana jika itu terjadi padaku, entahlah aku tidak bisa membayangkan. Allah maha tahu betul setiap makhluknya. Allah pasti sayang dengan adik-adik tingkatku itu, dengan bukti ujian yang mereka hadapi. MasyaAllah. Aku merinding lagi rasanya.

Aku bersyukur banget di lahirkan Allah dari keluarganya yang alhamdulillah baik-baik saja, yang selalu support aku, selalu ada untuk aku di keadaan apapun. Kita doakan ya teman-teman semoga teman-teman kita yang sedang bermasalah dengan keluargnya atau sedang di uji hidupnya, semoga diberi Allah kemudahan dan diberi kekuatan. Aamiin

Sekali lagi, kita semua berada di jalur ujian yang berbeda-beda ya. Pastikan bahwa Allah tetap bersama kita.

Teman-teman, sebenarnya ada banyak cerita yang belum aku ceritakan dari berbagai persoallan hidup dari teman-temanku yang banyak hikmahnya. Semoga dari kisah adik tingkatku yang bapak nya sedang sakit stroke, dan yang satunya sedang berjuang memenuhi kebutuhan finansialnya, dua contoh itu semoga membuat kita sadar bahwa hidup kita perlu disyukuri di manapun kita diposisikan Allah. Semoga Allah selalu membersamai langkah kita. sudah sepatutnya, kita bersyukur atas nikmat Allah yang di berikan ke kita. ada banyak masalah yang rumit di luar sana yang mungkin belum bisa kita selesaikan, karena Allah begitu sayangnya dengan kita, kita di beri ujian sesuai dg kemampuan kita. Allahuakbar. Tiada yang bisa memberi kekuatan selain Allah SWT.

Selamat berjuang di ujian kalian masing-masing yaa..... saling mendoakan, semoga Allah selalu menolong kita, AamiinJ)

0 comments:

Post a Comment