Saturday, September 10, 2022

Amanah Baru

Menjadi seorang konselor itu memang tidak mudah, salah satunya harus memiliki jiwa empati yang tinggi. Sekarang barulah aku sadar bahwa Allah menghadirkan orang-orang yang pernah bercerita secara mendalam kepadaku dan memberikannya solusi ataupun sekedar mendengarkan adalah salah satu persiapan untuk menyambut amanahku hari ini. Iya, salah satu amanahku sekarang adalah menjadi konselor di salah satu sekolah menengah kejuruan. Kalau memang sebelumnya aku sudah sering menerima curhatan dari teman sebaya, namun sekarang yang harus aku terima adalah curhatan dari kalangan yang berbeda, dari murid-murid dan para wali murid. Itu artinya, jiwa empatiku harus selalu aku asah untuk bisa membantu mereka, apalagi aku bukanlah dari seorang lulusan psikolog ataupun bimbingan konseling, butuh tenaga ekstra dan ketenangan untuk memperdalam ilmu konseling.

Pada awal diumumkan bahwa aku diberikan kesempatan untuk menjadi guru BK aku menolak, namun dengan diyakinkan para kolega di tempat kerja, aku memberanikan diri untuk menerima amanah itu. Saat itu aku berdoa “jika ini yang bisa aku perbuat untuk-Mu, permudahkanlah ya Allah.” Dan aku merasa memang sedang dimudahkan Allah saat ini. Satu bulan lebih aku telah menjadi guru BK, dan merangkap guru-guru lainnya. Hebat, bukan? Semua itu karena memang keadaan, mau tidak mau harus segera beradaptasi dengan lingkungan. Sampai saat ini baru sekitar 7 murid yang aku tangani secara langsung. Dari 7 murid tersebut, aku menemukan sisi-sisi baru dalam kehidupan ini. Satu pelajaran penting yang dapat aku ambil dari konseling tersebut adalah setiap anak mempunyai permasalahanya tersendiri, entah itu dalam tingkatan berat atau ringan, mereka mempunyai masalahnya tersendiri, entah dari diri sendiri ataupun dari lingkungan keluarga dan lingkungan sekolah, dan dari masalah-masalah yang dihadapi murid, aku sadar betul bahwa di luar kehidupanku ada beban-beban mental yang sedang dihadapi orang-orang, ada yang sedang berjuang mempertahankan kehidupannya. Saat itu memang terkadang aku harus berpikir secara mendalam apa yang bisa aku berikan kepada mereka agar mereka tidak putus asa dan tetap berjuang dengan kehidupan ini, aku harus berpikir langkah terbaik untuk membantu mereka, yang mana terkadang membuatku bingung sendiri, “Ya Allah, sebegitunya masalah anak ini, bisakah aku membantunya?” terkadang aku juga ingin menyerah dengan hidup ini, tapi apa iya aku menyerah? dan membiarkan mereka terpuruk?. Tidak bukan?.

Dari situ, aku teringat nasehat dari seorang guruku yang telah aku beritahu bahwa aku diamanahi sebagai seorang guru BK, beliau berkata “tidak apa-apa, coba cari buku-buku pendukung bagaimana konseling itu dilakukan, baca informasi-informasinya. Dan masalah-masalah yang siswa hadapi, dari situ kamu akan lebih bersyukur melihat kehidupanmu lebih baik dari mereka.”

Ya, betul adanya. Nikmat Allah itu luas, dan tidak pernah bisa terhitung bilangannya. Dari banyaknya masalah yang aku terima dari murid, aku merasa bersyukur atas nikmat yang telah Allah berikan kepada diriku. Dan salah satu bentuk besyukur adalah membantu murid-murid untuk menghadapi masalah yang sedang mereka hadapi, jangan sampai dari masalah yang hebat itu mereka salah ambil langkah dan merugikan mereka sendiri. Ya, tugasku sekarang adalah lebih ke mengarahkan mereka untuk ambil langkah yang baik yang sesuai dengan fitrah kita sebagai manusia. Dan lagi-lagi memang harus diingatkan kepada Tuhan kita, bahwa apapun yang sedang kita hadapi sekarang itu adalah cara Allah untuk mendewasakan kita, untuk menguji kita, apakah kita akan minta tolong kepada-Nya atau malah melupakan-Nya.

Semoga dengan bertemunya aku dengan mereka adalah cara Allah melatihku untuk lebih dewasa, lebih kokoh imannya, lebih berlapang dada, dan memberikan kesempatan untuk bisa menjadi orang yang bermanfaat.

Apapun amanah yang sedang kita emban, semoga semua itu adalah bentuk ibadah kita kepada Allah yang bisa kita jadikan bekal dikemudian hari. Aamin

0 comments:

Post a Comment