Menjadi
seorang konselor itu memang tidak mudah, salah satunya harus memiliki jiwa
empati yang tinggi. Sekarang barulah aku sadar bahwa Allah menghadirkan
orang-orang yang pernah bercerita secara mendalam kepadaku dan memberikannya
solusi ataupun sekedar mendengarkan adalah salah satu persiapan untuk menyambut
amanahku hari ini. Iya, salah satu amanahku sekarang adalah menjadi konselor di
salah satu sekolah menengah kejuruan. Kalau memang sebelumnya aku sudah sering
menerima curhatan dari teman sebaya, namun sekarang yang harus aku terima
adalah curhatan dari kalangan yang berbeda, dari murid-murid dan para wali
murid. Itu artinya, jiwa empatiku harus selalu aku asah untuk bisa membantu
mereka, apalagi aku bukanlah dari seorang lulusan psikolog ataupun bimbingan
konseling, butuh tenaga ekstra dan ketenangan untuk memperdalam ilmu konseling.
Pada
awal diumumkan bahwa aku diberikan kesempatan untuk menjadi guru BK aku
menolak, namun dengan diyakinkan para kolega di tempat kerja, aku memberanikan
diri untuk menerima amanah itu. Saat itu aku berdoa “jika ini yang bisa aku perbuat
untuk-Mu, permudahkanlah ya Allah.” Dan aku merasa memang sedang dimudahkan
Allah saat ini. Satu bulan lebih aku telah menjadi guru BK, dan merangkap
guru-guru lainnya. Hebat, bukan? Semua itu karena memang keadaan, mau tidak mau
harus segera beradaptasi dengan lingkungan. Sampai saat ini baru sekitar 7 murid
yang aku tangani secara langsung. Dari 7 murid tersebut, aku menemukan
sisi-sisi baru dalam kehidupan ini. Satu pelajaran penting yang dapat aku ambil
dari konseling tersebut adalah setiap anak mempunyai permasalahanya tersendiri,
entah itu dalam tingkatan berat atau ringan, mereka mempunyai masalahnya
tersendiri, entah dari diri sendiri ataupun dari lingkungan keluarga dan lingkungan
sekolah, dan dari masalah-masalah yang dihadapi murid, aku sadar betul bahwa di
luar kehidupanku ada beban-beban mental yang sedang dihadapi orang-orang, ada
yang sedang berjuang mempertahankan kehidupannya. Saat itu memang terkadang aku
harus berpikir secara mendalam apa yang bisa aku berikan kepada mereka agar
mereka tidak putus asa dan tetap berjuang dengan kehidupan ini, aku harus
berpikir langkah terbaik untuk membantu mereka, yang mana terkadang membuatku
bingung sendiri, “Ya Allah, sebegitunya masalah anak ini, bisakah aku
membantunya?” terkadang aku juga ingin menyerah dengan hidup ini, tapi apa iya
aku menyerah? dan membiarkan mereka terpuruk?. Tidak bukan?.
Dari
situ, aku teringat nasehat dari seorang guruku yang telah aku beritahu bahwa
aku diamanahi sebagai seorang guru BK, beliau berkata “tidak apa-apa, coba cari
buku-buku pendukung bagaimana konseling itu dilakukan, baca
informasi-informasinya. Dan masalah-masalah yang siswa hadapi, dari situ kamu
akan lebih bersyukur melihat kehidupanmu lebih baik dari mereka.”
Ya,
betul adanya. Nikmat Allah itu luas, dan tidak pernah bisa terhitung
bilangannya. Dari banyaknya masalah yang aku terima dari murid, aku merasa
bersyukur atas nikmat yang telah Allah berikan kepada diriku. Dan salah satu
bentuk besyukur adalah membantu murid-murid untuk menghadapi masalah yang
sedang mereka hadapi, jangan sampai dari masalah yang hebat itu mereka salah
ambil langkah dan merugikan mereka sendiri. Ya, tugasku sekarang adalah lebih
ke mengarahkan mereka untuk ambil langkah yang baik yang sesuai dengan fitrah
kita sebagai manusia. Dan lagi-lagi memang harus diingatkan kepada Tuhan kita,
bahwa apapun yang sedang kita hadapi sekarang itu adalah cara Allah untuk
mendewasakan kita, untuk menguji kita, apakah kita akan minta tolong kepada-Nya
atau malah melupakan-Nya.
Semoga
dengan bertemunya aku dengan mereka adalah cara Allah melatihku untuk lebih
dewasa, lebih kokoh imannya, lebih berlapang dada, dan memberikan kesempatan untuk
bisa menjadi orang yang bermanfaat.
Apapun
amanah yang sedang kita emban, semoga semua itu adalah bentuk ibadah kita kepada
Allah yang bisa kita jadikan bekal dikemudian hari. Aamin
0 comments:
Post a Comment