Saturday, August 20, 2022

Pentingnya Berbaik Sangka

 Pentingnya Berbaik Sangka

 

Beberapa hari ini, aku mengamati kalau Jihan (tetanggaku) menghabiskan waktu liburnya untuk berolahraga lari setiap pagi dan sore. Hingga suatu sore setelah aku dari pasar berpapasan dengan dia yang sedang menuntun sepedanya sendirian, dengan suara lantangku aku panggil dia “Haaann,,,” dan melewatinya dengan wajahku sumriangah dengan kecepatan mengemudi motor yang lumayan tinggi. Tiba-tiba saja dia memanggilku balik dengan suaranya paling keras “Mbak Nanin!!!..... Mbak, balik mbak, balik….”

Akhirnya aku mengerem motorku dan putar balik kearah jihan sampai aku menghampirinya. “Ada apa yan? Tanyaku. “Banku bocor mbak, aku gak bawa uang, pinjami dulu ya..” ujarnya. “Oalah, iya, kamu dari mana lhoo kok sendirian wae?”,, tanyaku.. “olahraga mbak, dari situ lo, eh ternyata tiba-tiba bocor ban sepeda ku” jawabnya. “Oalah, ya ya, ini aku pinjami, berani ta cari tambal ban?” “iya mbk, berani, tuh disitu, makasih ya mbak.” Ujarnya, “oke, aku tak pulang duluan ya..” jawabku. “okee mbak” sahutnya.

Setelah kejadian tersebut, malamnya jihan mengirimiku pesan, “mbak Nanin, besok lari pagi yuk!” Tulisa jihan. “okey yan, jam berapa?” tanyaku. “Jam setengah enam yam bk?” ujarnya. “Okee…” sahutku. Namun, setelah aku pikir-pikir, ternyata hari minggu aku harus ke Tuban untuk kondangan bareng teman-temanku SMA, jadi aku pagi-pagi harus siap-siap untuk Bojonegoro dahulu. Sehingga aku putuskan untuk membatalkan lari pagi bersama Jihan. “Yan, sorry ya aku besok ada acara pagi-pagi harus siap-siap ke Bojonegoro, mau ke Tuban ada temen yang nikahan, jadi tidak bisa ikut lari pagi.” Tulis pesanku kepada Jihan. “Oalah, oke mbak.” Jawab Dia.

Sabtu malam, aku bersama-sama teman-temanku berempat sudah kabar mengabar untuk berangkat bareng di satu titik. Akhirnya kami menyepakati berkumpul di tempat Stefani sebagai titik mengumpul berangkat bareng. Setelah menunggu satu persatu datang kerumah Stefani, kami berbincang-bincang ringan dan kadang ya ke topik yang agak terlalu berat, kadang bahas ini dan kadang bahas itu. Ya biasalah seperti random topic, we shared our stories and it was so happy to do that.

Sesampainya di rumah mempelai, kami bertemu teman-teman kami, kami saling bernostalgia. Dan tak lupa kami foto bersama-sama dengan mempelai. Yang paling penting adalah kami juga mendoakan mereka agar keluarga baru mereka selalu diberkahi Allah, dipermudahkan segala urusannya kedepan. Senyum senang bahagia terpancar dari kedua mempelai yang kebetulan mereka berdua adalah teman kami sekelas. Sungguh, kami semua tidak menyangka bahwa mereka menjadi sepasang kekasih sekarang. MasyaAllah, rencana Tuhan memang sangat indah, selamat yaa untuk kalian.

Setelah kami menikmati jamuan dan berfoto bersama, kami memutuskan untuk pulang karena waktu juga sudah mulai sore, kami kembali lagi ke rumah Stefani untuk rehat sholat dan persiapan untuk pulang ke rumah masing-masing. Namun, sebelumnya kami ingin makan bersama di café baru dekat rumah Stefani, kami menikmati makanan yang ada di sana dengan berbincang-bincang ria, pada saat itu juga kami bergantian untuk upload foto dari akun Instagram kami masing-masing untuk mengucapkan selamat kepada teman kami yang baru saja menikah. One by one, upload on our Instagram, and me is the first person who uploaded the wedding foto with tagging their Instagram account. Lalu, mungkin dua puluh menit kemudian teman -temanku upload foto wedding diinstagram mereka dengan juga mengetag akun Instagram masing-masing orang yang berada di foto. Setelah beberapa saat kemudian, semua postingan teman-temanku di Instagram satu per satu dibalas oleh temanku yang baru menikah tadi, namun anehnya tidak denganku.

Pada saat itu aku agak panik, dan langsung membicarakan kepada teman-temanku, “eh kenapa ya kalian postingannya dibalas, sedangkan aku belum dibalas, padahal aku yang pertama ngepost!” . lalu mereka saling berucap “ketimbun mungkin Nin, ditunggu aja”. “Masak sih ketimbun?” ucapku.

Dan satu persatu temanku yang lain, juga dibalas, sedangkan aku sampai keesokan paginya belum juga dibalas, dan saat itu hatiku juga gemuruh, apakah aku ada salah dengan dia sehingga dia tidak membalas postingan igku. “Apa ada yang salah?” aku tanya teman-temanku yang lain. Merekapun ada yang menjawab “lupa mungkin Nin, sangking banyaknya.” Ada juga yang menjawab “iya ya Nin, kok gitu ya, jujur aku kalau jadi kamu pasti juga kepikiran kenapa alasannya, tapi yaudah Nin gpp, dilosskan aja, lawong kamu gak ada masalah apa-apa dengan dia.”

Apa yang dikatakan temanku ada benarnya, memag aku tidak ada masalah apa-apa dengan temanku ini. Namun, karena aku adalah manusia biasa, pikirannya pasti kemana-mana, pasti ada lah ya berburuk sangka dengan dia, Aaah dalam keadaan ini mungkin keadaan yang mulai digoda oleh setan untuk mebisikan hal-hal yang tidak-tidak.

Akhirnya saat siang hari, ada pesan masuk dari instagramku, ternyata temanku baru saja membalas postinganku kemarin, dan betul apa adanya memang chatku ketimbun dan baru sempat dibalas karena banyaknya pesan masuknya, itu yang terjadi sebenarnya. Saat itulah segala macam prasangka terhapuskan. Dan percapkan kita panjang setelah dia membalas postingan itu, tidak hanya berterima kasih untuk ucapanku namun dia juga menyampaikan hal lain “Nin, sayang banget kamu kemarin pulang duluan, ada guru les kita datang kemarin, kamu ditanyain, wahhh seru banget, beliau udah punya anak lho, aduh sayang banget kamu nggak ketemu.” Kata dia. Dan kita ngobrol kesana kemari.

Dari kejadian kecil itu, sebenarnya Allah sedang melatihku untuk terus “berbaik sangka”, namun aku keburu memutuskan hal-hal yang tidak baik, hal-hal yang seharusnya tidak aku ucapkan juga. Itulah aku sedang di uji, di saat itulah apakah aku masih tetap berbaik sangka kepadanya atau sebaliknya. Dan apa yang terjadi? Ternyata  memang tidak ada alasan yang buruk. Disinilah aku harus belajar dan  mengutamakan pentingnya berbaik sangka kepada hal-hal yang belum terjadi.

Teman-teman, kejadian yang terjadi dalam kehidupanku diatas adalah satu kejadian yang perlu direnungkan, mungkin juga terjadi di kalian, namun kalian juga tidak menyadarinya. Bahwa setiap haripun kita harus tetap belajar pentingnya berbaik sangka kepada sesama makhluk, apalagi dengan Rabb kita, sudah seharusnya disetiap saat tugas kita adalah berbaik sangka atas segala takdir yang diberikan kepada kita. Apapun yang sudah ditulis Rabb kita untuk kehidupan kita saat ini adalah keputusan dan kondisi yang terbaik untuk kita. Bismillah ya, semoga Allah permudah kita untuk terus berbaik sangka kepada semua keadaan.  Aamiin

0 comments:

Post a Comment