Pentingnya Berbaik Sangka
Beberapa
hari ini, aku mengamati kalau Jihan (tetanggaku) menghabiskan waktu liburnya
untuk berolahraga lari setiap pagi dan sore. Hingga suatu sore setelah aku dari
pasar berpapasan dengan dia yang sedang menuntun sepedanya sendirian, dengan
suara lantangku aku panggil dia “Haaann,,,” dan melewatinya dengan wajahku
sumriangah dengan kecepatan mengemudi motor yang lumayan tinggi. Tiba-tiba saja
dia memanggilku balik dengan suaranya paling keras “Mbak Nanin!!!..... Mbak,
balik mbak, balik….”
Akhirnya
aku mengerem motorku dan putar balik kearah jihan sampai aku menghampirinya.
“Ada apa yan? Tanyaku. “Banku bocor mbak, aku gak bawa uang, pinjami dulu ya..”
ujarnya. “Oalah, iya, kamu dari mana lhoo kok sendirian wae?”,, tanyaku..
“olahraga mbak, dari situ lo, eh ternyata tiba-tiba bocor ban sepeda ku”
jawabnya. “Oalah, ya ya, ini aku pinjami, berani ta cari tambal ban?” “iya mbk,
berani, tuh disitu, makasih ya mbak.” Ujarnya, “oke, aku tak pulang duluan
ya..” jawabku. “okee mbak” sahutnya.
Setelah
kejadian tersebut, malamnya jihan mengirimiku pesan, “mbak Nanin, besok lari
pagi yuk!” Tulisa jihan. “okey yan, jam berapa?” tanyaku. “Jam setengah enam
yam bk?” ujarnya. “Okee…” sahutku. Namun, setelah aku pikir-pikir, ternyata
hari minggu aku harus ke Tuban untuk kondangan bareng teman-temanku SMA, jadi
aku pagi-pagi harus siap-siap untuk Bojonegoro dahulu. Sehingga aku putuskan
untuk membatalkan lari pagi bersama Jihan. “Yan, sorry ya aku besok ada acara
pagi-pagi harus siap-siap ke Bojonegoro, mau ke Tuban ada temen yang nikahan, jadi
tidak bisa ikut lari pagi.” Tulis pesanku kepada Jihan. “Oalah, oke mbak.”
Jawab Dia.
Sabtu
malam, aku bersama-sama teman-temanku berempat sudah kabar mengabar untuk berangkat
bareng di satu titik. Akhirnya kami menyepakati berkumpul di tempat Stefani sebagai
titik mengumpul berangkat bareng. Setelah menunggu satu persatu datang kerumah Stefani,
kami berbincang-bincang ringan dan kadang ya ke topik yang agak terlalu berat,
kadang bahas ini dan kadang bahas itu. Ya biasalah seperti random topic, we
shared our stories and it was so happy to do that.
Sesampainya
di rumah mempelai, kami bertemu teman-teman kami, kami saling bernostalgia. Dan
tak lupa kami foto bersama-sama dengan mempelai. Yang paling penting adalah
kami juga mendoakan mereka agar keluarga baru mereka selalu diberkahi Allah,
dipermudahkan segala urusannya kedepan. Senyum senang bahagia terpancar dari kedua
mempelai yang kebetulan mereka berdua adalah teman kami sekelas. Sungguh, kami
semua tidak menyangka bahwa mereka menjadi sepasang kekasih sekarang. MasyaAllah,
rencana Tuhan memang sangat indah, selamat yaa untuk kalian.
Setelah
kami menikmati jamuan dan berfoto bersama, kami memutuskan untuk pulang karena
waktu juga sudah mulai sore, kami kembali lagi ke rumah Stefani untuk rehat
sholat dan persiapan untuk pulang ke rumah masing-masing. Namun, sebelumnya
kami ingin makan bersama di café baru dekat rumah Stefani, kami menikmati
makanan yang ada di sana dengan berbincang-bincang ria, pada saat itu juga kami
bergantian untuk upload foto dari akun Instagram kami masing-masing untuk
mengucapkan selamat kepada teman kami yang baru saja menikah. One by one, upload
on our Instagram, and me is the first person who uploaded the wedding foto with
tagging their Instagram account. Lalu, mungkin dua puluh menit kemudian teman -temanku
upload foto wedding diinstagram mereka dengan juga mengetag akun Instagram masing-masing
orang yang berada di foto. Setelah beberapa saat kemudian, semua postingan teman-temanku
di Instagram satu per satu dibalas oleh temanku yang baru menikah tadi, namun
anehnya tidak denganku.
Pada
saat itu aku agak panik, dan langsung membicarakan kepada teman-temanku, “eh
kenapa ya kalian postingannya dibalas, sedangkan aku belum dibalas, padahal aku
yang pertama ngepost!” . lalu mereka saling berucap “ketimbun mungkin Nin,
ditunggu aja”. “Masak sih ketimbun?” ucapku.
Dan
satu persatu temanku yang lain, juga dibalas, sedangkan aku sampai keesokan paginya
belum juga dibalas, dan saat itu hatiku juga gemuruh, apakah aku ada salah
dengan dia sehingga dia tidak membalas postingan igku. “Apa ada yang salah?” aku
tanya teman-temanku yang lain. Merekapun ada yang menjawab “lupa mungkin Nin,
sangking banyaknya.” Ada juga yang menjawab “iya ya Nin, kok gitu ya, jujur aku
kalau jadi kamu pasti juga kepikiran kenapa alasannya, tapi yaudah Nin gpp,
dilosskan aja, lawong kamu gak ada masalah apa-apa dengan dia.”
Apa
yang dikatakan temanku ada benarnya, memag aku tidak ada masalah apa-apa dengan
temanku ini. Namun, karena aku adalah manusia biasa, pikirannya pasti
kemana-mana, pasti ada lah ya berburuk sangka dengan dia, Aaah dalam keadaan
ini mungkin keadaan yang mulai digoda oleh setan untuk mebisikan hal-hal yang
tidak-tidak.
Akhirnya
saat siang hari, ada pesan masuk dari instagramku, ternyata temanku baru saja
membalas postinganku kemarin, dan betul apa adanya memang chatku ketimbun dan
baru sempat dibalas karena banyaknya pesan masuknya, itu yang terjadi
sebenarnya. Saat itulah segala macam prasangka terhapuskan. Dan percapkan kita
panjang setelah dia membalas postingan itu, tidak hanya berterima kasih untuk
ucapanku namun dia juga menyampaikan hal lain “Nin, sayang banget kamu kemarin
pulang duluan, ada guru les kita datang kemarin, kamu ditanyain, wahhh seru
banget, beliau udah punya anak lho, aduh sayang banget kamu nggak ketemu.” Kata
dia. Dan kita ngobrol kesana kemari.
Dari
kejadian kecil itu, sebenarnya Allah sedang melatihku untuk terus “berbaik
sangka”, namun aku keburu memutuskan hal-hal yang tidak baik, hal-hal yang
seharusnya tidak aku ucapkan juga. Itulah aku sedang di uji, di saat itulah
apakah aku masih tetap berbaik sangka kepadanya atau sebaliknya. Dan apa yang
terjadi? Ternyata memang tidak ada
alasan yang buruk. Disinilah aku harus belajar dan mengutamakan pentingnya berbaik sangka kepada
hal-hal yang belum terjadi.
Teman-teman,
kejadian yang terjadi dalam kehidupanku diatas adalah satu kejadian yang perlu
direnungkan, mungkin juga terjadi di kalian, namun kalian juga tidak menyadarinya.
Bahwa setiap haripun kita harus tetap belajar pentingnya berbaik sangka kepada sesama
makhluk, apalagi dengan Rabb kita, sudah seharusnya disetiap saat tugas kita
adalah berbaik sangka atas segala takdir yang diberikan kepada kita. Apapun
yang sudah ditulis Rabb kita untuk kehidupan kita saat ini adalah keputusan dan
kondisi yang terbaik untuk kita. Bismillah ya, semoga Allah permudah kita untuk
terus berbaik sangka kepada semua keadaan.
Aamiin
0 comments:
Post a Comment