Se-Frekuensi
Assalamu’alaikum
sahabat setia....
Apa
kabar Ramadhan hari ini? Sudah kah kalian mengagendakan suatu kegiatan? Atau kalian
sudah memiliki jadwal tersendiri untuk menjalani ibadah puasa ini? Semoga Allah
bantu kita untuk menjemput pahala-pahala di bulan suci ini yaa.... semoga Allah
juga ridho atas amal-amal yang kita kerjakan selama bulan puasa ini. Aamiin
Yaroobal’alamin
Hari
ini aku ingin bercerita nih kepada kalian semua, hari ini tepatnya adalah hari
ke-7 ramadhan di tahun 2019. Sebenarnya banyak banget yang ingin aku ceritakan
kejadian-kejadian yang membawakan hikmah dalam bulan Ramadhan ini, tapi entah
kenapa yaa, setelah menerbitkan buku kemaren, dan fokusku di hal lain, rasanya
susah banget jari ini untuk memulai mengetik lagi. Entahlah ya, sering aku alami
saat dimana aku sudah menyalakan laptop, membuka Ms.Word, tapi tiba-tiba ada
aja distraction datang, tiba-tiba aja moodnya nulis hilang begitu saja. Mungkin
kemaren diriku butuh waktu sendiri ya, aku harus menghargai itu. Pernahkah kalian
mengalami hal seperti itu? Sudah mau mengerjakan sesuatu, alatnya sudah siap
semuaaa, eh tiba-tiba malas untuk memulai, Astagfirullah, itulah godaan, godaan
setan ada dimana-mana guys, Waspada.
Tapi,
tahu nggak kalian? Allah itu sayang banget sama aku, pastinya juga sayang
banget sama kalian, sama kita semua. Ketika aku berada diposisi malas itu, aku
terus memohon, “Ya Allah jangan sia-sia kan aku di dunia ini, jangan ya Allah,
gunakanlah aku seperti apa yang Engkau mau ya Allah.”
Dan
jawaban Allah adalah hari ini, malam ini, aku seperti kena strum energi positip
yang sangat luar biasa. Aku dibangkitlah lagi untuk menulis, dan memulai
membagikan kisah-kisah yang insyaAllah juga akan menularkan energy positip ke
kalian.
Ya,
di hari ramadhan ketuju ini, aku akan memulai menulis kisah-kisahku yang patut
aku tulis, jadi nanti pasti judul selanjutnya yang akan aku tulis. Ditunggu ya...
Kali
ini, bicara tentang “Sefrekuensi”. Aku menemukan orang-orang sefrekuensi dengan
apa yang aku rasakan, aku dipertemukan dengan orang-orang sefrekuensi dengan
apa yang aku pikirkan. Satu per satu orang-orang itu mulai muncul dalam
kehidupanku secara sadar tidak sadar, dan kini aku mulai sadar, kalau kita akan
dipertemukan dengan orang-orang yang sama tujuannya, kita akan berpapasan
dengan orang-orang yang sepemikiran, itu benar adanya. Dan itu membuat diriku
merinding.
Entah
mengapa, semakin kesini orang-orang sefrekuensi Allah hadirkan di kehidupanku
yang benar-benar aku sadari. Iyaa, tadi juga tidak sengaja, aku dipertemukan
dengan seorang adik tingkat jurusan PLS yang kebetulan teman dari salah satu adik
tingkatku bahasa inggris, awalnya aku membuat janji dengan adik tingkatku
bahasa inggris untuk buka bersama di salah satu warung dekat kos-kosan, setelah
sampai di warung es campur, dia berkata “Mbak, nanti Uni (nama samaran) ikut
ya, nanti dia nyusul, habis ngelesi dia”. Aku menjawab “Okey dek, siyap.” Setelah
itu kita akan makan es campur bertiga, MasyaAllah mereka adik-adik yang
istiqomah banget, tidak seperti aku yang masih jauh banget dari syar’i. Setelah itu, kita berencana untuk taraweh
bersama di Masjid Ar-Rozak di G-Walk. Setelah menyelesaikan makan, kita sholat
magrib dikosan masing-masing. Lalu, aku jemput adek bahasa Inggris dikosannya,
ternyata dia tiba-tiba sakit perut, dan tidak bisa ikut, jadi aku memutuskan
untuk tarawih di dekat kosan juga. Namun, perjalanan kekos, mempertemukan aku
dengan adik jurusan BK. “Mbak, kok balik? Ndak jadi ke Ar-Rozak?” katanya. “Iya
dek, kapan-kapan aja ya, dek Mila sakit ei, sholat didekat kosan aja yuk.” Jawabku.
“yaudah nggak apa-apa mbk, kita aja yang ke Ar-Rozak, mbak balikin motornya aja
ke kosan, aku boncengin.” Ajaknya.
Entah
kenapa ya, dengan entengnya aku bilang “oh gitu, okedah aku jg blm pernah
kesana. Aku taruh motorku dulu ya.” Akhirnya aku dan dia memutuskan sholat di
masjid Ar-Rozak dan malam ini waktuku banyak ku habiskan dengan si adik jurusan
PLS ini bukan adik jurusan b. Inggris yang awal sudah berjanji. Ya itulah
rencana Allah enggak disangka banget.
You
know what?
Setelah
pulang dari tarawih, aku memutuskan untuk mengajaknya ngobrol sebentar,
randomlah ngobrolnya, dia juga merespon, “ayo mbak aku free, aku juga nggak
ngapa-ngapain dikosan.”
“Yuk
dek, beli beli es, kita ngobrol klo kamu mau, kan kita jarang ketemu sedekat ini,
kan kita nggak pernah ngobrol bareng.”
Yay,
akhirnya kita duduk dan mulai perbincangan.
Aku
lihat dia ingin meluapkan sesuatu yang ada di dirinya, ingin menyampaikan
sesuatu yang rasanya dia pendam sendiri sampai saat ini. Mulailah dia bercerita
dan aku mendengarkan.
“Mbak,
aku nggak tahu akhir-akhir ini aku nggak bisa fokus, aku selalu aja lupa, aku
tahu apa yang harus aku kerjakan, tapi aku nggak bisa kerjakan, aku malah
mengerjakan sesuatu hal lain, aku tahu klo aku butuh bergerak, tapi aku nggak
bisa gerak, aku hanya bermalas-malasan, aku hanya tidur-tiduran, dan aku nggak
tahu kenapa aku begini mbak, mbak pernah mengalami hal tersebut?”
Aku
belum menjawab. Dia meneruskan cerita
“entah
ya mbak, rasanyaa aku itu pengen... (dia terdiam seperti berat sekali
mengucapkan hal itu)
“aku
pengen ...... (jeda sejenak) aku nggak tahu mbak, akhir-akhir ini, ingin saja
menyakiti diri sendiri, ingin rasanya marah dengan diri sendiri, kayak aku itu
nggak kuat.”
Aku
menarik nafas panjang dan berpikir (Ya Rabb, ada banyak masalah yang lebih
besar dari pada masalahku, Ya Rabb, Engkau begitu cinta padaku, sehingga kau
hadirkan adik ini untuk menyadarkanku, bahwa sering kali aku juga ada diposisi
dia, pelan-pelan, aku Engkau ajari mengatasinya, mungkin saatnya ini aku
berbagi untuk menguatkannya)
Dan
dia terus bercerita yang intinya, dia ingin bunuh diri saja, ingin lepas dengan
masalah hidup. Dalam hatiku berkata (Ya Rabb, kuatkanlah adik ini ya Allah.)
Yang
bikin dia tidak terima dalam kondisinya dia masih blm rela blm bisa melepas
kepergian ibunya 4 tahun yang lalu, sekarang bapaknya menikah lagi, dia blm
bisa menerima semua itu. Dalam hatiku, “Ya Rabb, Engkau tahu yang terbaik untuk
adik ini, bantulah dia ya Allah.”
Aku
terus mendengarkan curhatanya, yang membuatnya berkaca-kaca, aku memegangnya, “Dek,
kalau kamu bisa melewati fase ini, kamu akan naik level, derajatmu akan
diangkat oleh Allah, insyaAllah, yang kuat yaaa, Allah selalu bersamamu dek,
aku juga.” Ucapku sambil menatapnya.
Entah
mengapa tiba-tiba aku dengan mudahnya mengatakan “Dek, kamu sekarang punya
Mbak, kalau ada apa-apa boleh cerita, boleh main kekosan, boleh hubungin mbk,
kalau mbak bisa bantu, InshaAllah aku bantu, tenang yaa, kamu bisa melewati hal
ini.”
“Ya
Allah mbk, aku nggak tahu malam ini kok bisa bertemu dengan mbk.” ujarnya
“Mbak
pernah kok ada diposisi sepertimu.” Ucapku.
Terus
apa yang mbak lakukan?” tanyanya.
“setiap
mau tidur, mbak ngobrol sama Allah, mbak minta maaf sama Allah, mbak bilang
mbak nggak kuat, mbak curhatkan apa-apa yang ingin mbak curhatkan, lakukanlah,
aku kira itu akan membuat kita tenang, karena Allah pasti bakalan menjawab dan
memberi petunjuk kita, walaupun tidak langsung, seperti ini, mungkin kamu di
arahkan Allah bertemu aku, untuk menjadi temanmu berbagi, Allah sayang banget
sama kamu, makanya kamu diuji seperti itu, kamu kuat, kamu pasti bisa
melewatinya, ayo belajar menerima, dan terus berproses ya, jangan menyerah, kan
ada mbk disini.”
Matanya
berkaca-kaca dan dengan syahdu berucap. “Iya mbak, aku bersyukur bertemu dengan
orang-orang yang baik mbak, iya benar mbk, Allah yang menuntun kita, Allah yang
mempertemukan kita, dan aku yakin Allah ngasih ujian sesuai kemampuan hambanya,
aku senang bisa bertemu dengan mbak. Allah baik banget ya Mbak. Ya Allah, aku
ingin menangis.” Katanya.
“iya
dek, kita nggak boleh diam saja ya, mbk juga masih bljar, kalau ada masalah ya
berusaha mencari solusi, minta bantuan ke Allah, entah nanti kita dipahamkan
lewat tulisan, lewat orang yang kita temui, lewat apa yang kita lihat, lewat
sesuatu yang kita tidak sangka-sangka, tugas kita adalah berusaha ya, jangan
patah semangat, hidup memang seperti ini ya dek.”
“Iya
mbak, bener banget, pikiranku sedikit terbuka sekarang mbak, aku harus bisa
menerima, harus bisa bangkit, aku nggak mau seperti ini, duh pengen cerita banyak
deh mbk tentang Allah, duh Allah itu maha segalanya ya...”
Perbincangan
singkat itu kita sudahi karen hari sudah mulai malam. Energi positif dia
tertransfer ke diriku dan begitupun sebaliknya, karena kita sefrekuensi. Ah,
aku ingin bangkit saja.
Dia
merasa lebih lega, lebih relaks lagi, bebannya agak mulai berkurang, walaupun
hanya bercerita, hanya mencurahkan apa yang ingin dia luapkan, hari ini
sangatlah menyenangkan bertemu dengan orang sefrekuensi, sefrekuensi kalau
Allah tujuan akhir kita. katanya dengan tegas mengarah kepadaku. “Allah yang memintarkan kita, yang membodohkan
kita, Allah yang ngasih masalah, jadi Allah yang memberikan solusi, jadi
apa-apa ke Allah ya mbak, minta ke Allah.”
Kita
berdua mulai yakin seyakin yakinnya bahwa Allah itu maha baik, Allah enggak
bakalan ngasih ujian diluar kemampuan hambanya, Allah tempat kita bergantung, dan
semuanya bermuara pada Allah, kembali ke Allah. Ya ternyata aku dan dia juga
sefrekuensi, sama-sama tertuju ke Allah. Aku merinding saat itu.
Jadi
teman-teman, seberat dan sebesar masalah kita pasti ada masalah yang lebih
lebih lagi yang dihadapi oleh orang lain, karena kitanya aja yang tidak suka
bersosialisasi menjadikan kita sempit pikiran, sehingga seperti kita saja yang
mendapatkan masalah, padahal diluar sana banyak orang-orang yang melawan dan
berjuang dalam menyelesaikan masalahnya masing-masing yang lebih besar dari
masalah kita.
Yuklah,
berjuang dalam episode-episode kehidupan kita masing-masing, jangan putus asa
ya, apalagi mau bunuh diri, jangan yaaa, mungkin saat kamu ada diposisi ingin
menyerah kamu butuh seorang teman, kamu butuh seorang yang siap mendengarkan, carilah
salah satu di antara temanmu, yang bisa menerima keluh kesahmu, atau kalau
butuh aku hubungi aku ya, mungkin saja aku bisa membantu. KAMU ENGGAK SENDIRIAN J
Jalani
masamu, cintai prosesmu, terima hasilmu. “Your Best start is Now.”
0 comments:
Post a Comment