Monday, May 13, 2019

Kamu nggak sendirian..


Se-Frekuensi

Assalamu’alaikum sahabat setia....

Apa kabar Ramadhan hari ini? Sudah kah kalian mengagendakan suatu kegiatan? Atau kalian sudah memiliki jadwal tersendiri untuk menjalani ibadah puasa ini? Semoga Allah bantu kita untuk menjemput pahala-pahala di bulan suci ini yaa.... semoga Allah juga ridho atas amal-amal yang kita kerjakan selama bulan puasa ini. Aamiin Yaroobal’alamin

Hari ini aku ingin bercerita nih kepada kalian semua, hari ini tepatnya adalah hari ke-7 ramadhan di tahun 2019. Sebenarnya banyak banget yang ingin aku ceritakan kejadian-kejadian yang membawakan hikmah dalam bulan Ramadhan ini, tapi entah kenapa yaa, setelah menerbitkan buku kemaren, dan fokusku di hal lain, rasanya susah banget jari ini untuk memulai mengetik lagi. Entahlah ya, sering aku alami saat dimana aku sudah menyalakan laptop, membuka Ms.Word, tapi tiba-tiba ada aja distraction datang, tiba-tiba aja moodnya nulis hilang begitu saja. Mungkin kemaren diriku butuh waktu sendiri ya, aku harus menghargai itu. Pernahkah kalian mengalami hal seperti itu? Sudah mau mengerjakan sesuatu, alatnya sudah siap semuaaa, eh tiba-tiba malas untuk memulai, Astagfirullah, itulah godaan, godaan setan ada dimana-mana guys, Waspada.


Tapi, tahu nggak kalian? Allah itu sayang banget sama aku, pastinya juga sayang banget sama kalian, sama kita semua. Ketika aku berada diposisi malas itu, aku terus memohon, “Ya Allah jangan sia-sia kan aku di dunia ini, jangan ya Allah, gunakanlah aku seperti apa yang Engkau mau ya Allah.”

Dan jawaban Allah adalah hari ini, malam ini, aku seperti kena strum energi positip yang sangat luar biasa. Aku dibangkitlah lagi untuk menulis, dan memulai membagikan kisah-kisah yang insyaAllah juga akan menularkan energy positip ke kalian.
Ya, di hari ramadhan ketuju ini, aku akan memulai menulis kisah-kisahku yang patut aku tulis, jadi nanti pasti judul selanjutnya yang akan aku tulis. Ditunggu ya...


Kali ini, bicara tentang “Sefrekuensi”. Aku menemukan orang-orang sefrekuensi dengan apa yang aku rasakan, aku dipertemukan dengan orang-orang sefrekuensi dengan apa yang aku pikirkan. Satu per satu orang-orang itu mulai muncul dalam kehidupanku secara sadar tidak sadar, dan kini aku mulai sadar, kalau kita akan dipertemukan dengan orang-orang yang sama tujuannya, kita akan berpapasan dengan orang-orang yang sepemikiran, itu benar adanya. Dan itu membuat diriku merinding.


Entah mengapa, semakin kesini orang-orang sefrekuensi Allah hadirkan di kehidupanku yang benar-benar aku sadari. Iyaa, tadi juga tidak sengaja, aku dipertemukan dengan seorang adik tingkat jurusan PLS yang kebetulan teman dari salah satu adik tingkatku bahasa inggris, awalnya aku membuat janji dengan adik tingkatku bahasa inggris untuk buka bersama di salah satu warung dekat kos-kosan, setelah sampai di warung es campur, dia berkata “Mbak, nanti Uni (nama samaran) ikut ya, nanti dia nyusul, habis ngelesi dia”. Aku menjawab “Okey dek, siyap.” Setelah itu kita akan makan es campur bertiga, MasyaAllah mereka adik-adik yang istiqomah banget, tidak seperti aku yang masih jauh banget dari syar’i.  Setelah itu, kita berencana untuk taraweh bersama di Masjid Ar-Rozak di G-Walk. Setelah menyelesaikan makan, kita sholat magrib dikosan masing-masing. Lalu, aku jemput adek bahasa Inggris dikosannya, ternyata dia tiba-tiba sakit perut, dan tidak bisa ikut, jadi aku memutuskan untuk tarawih di dekat kosan juga. Namun, perjalanan kekos, mempertemukan aku dengan adik jurusan BK. “Mbak, kok balik? Ndak jadi ke Ar-Rozak?” katanya. “Iya dek, kapan-kapan aja ya, dek Mila sakit ei, sholat didekat kosan aja yuk.” Jawabku. “yaudah nggak apa-apa mbk, kita aja yang ke Ar-Rozak, mbak balikin motornya aja ke kosan, aku boncengin.” Ajaknya.

Entah kenapa ya, dengan entengnya aku bilang “oh gitu, okedah aku jg blm pernah kesana. Aku taruh motorku dulu ya.” Akhirnya aku dan dia memutuskan sholat di masjid Ar-Rozak dan malam ini waktuku banyak ku habiskan dengan si adik jurusan PLS ini bukan adik jurusan b. Inggris yang awal sudah berjanji. Ya itulah rencana Allah enggak disangka banget.

You know what?

Setelah pulang dari tarawih, aku memutuskan untuk mengajaknya ngobrol sebentar, randomlah ngobrolnya, dia juga merespon, “ayo mbak aku free, aku juga nggak ngapa-ngapain dikosan.”
“Yuk dek, beli beli es, kita ngobrol klo kamu mau, kan kita jarang ketemu sedekat ini, kan kita nggak pernah ngobrol bareng.”

Yay, akhirnya kita duduk dan mulai perbincangan.

Aku lihat dia ingin meluapkan sesuatu yang ada di dirinya, ingin menyampaikan sesuatu yang rasanya dia pendam sendiri sampai saat ini. Mulailah dia bercerita dan aku mendengarkan.

“Mbak, aku nggak tahu akhir-akhir ini aku nggak bisa fokus, aku selalu aja lupa, aku tahu apa yang harus aku kerjakan, tapi aku nggak bisa kerjakan, aku malah mengerjakan sesuatu hal lain, aku tahu klo aku butuh bergerak, tapi aku nggak bisa gerak, aku hanya bermalas-malasan, aku hanya tidur-tiduran, dan aku nggak tahu kenapa aku begini mbak, mbak pernah mengalami hal tersebut?”

Aku belum menjawab. Dia meneruskan cerita

“entah ya mbak, rasanyaa aku itu pengen... (dia terdiam seperti berat sekali mengucapkan hal itu)

“aku pengen ...... (jeda sejenak) aku nggak tahu mbak, akhir-akhir ini, ingin saja menyakiti diri sendiri, ingin rasanya marah dengan diri sendiri, kayak aku itu nggak kuat.”

Aku menarik nafas panjang dan berpikir (Ya Rabb, ada banyak masalah yang lebih besar dari pada masalahku, Ya Rabb, Engkau begitu cinta padaku, sehingga kau hadirkan adik ini untuk menyadarkanku, bahwa sering kali aku juga ada diposisi dia, pelan-pelan, aku Engkau ajari mengatasinya, mungkin saatnya ini aku berbagi untuk menguatkannya)


Dan dia terus bercerita yang intinya, dia ingin bunuh diri saja, ingin lepas dengan masalah hidup. Dalam hatiku berkata (Ya Rabb, kuatkanlah adik ini ya Allah.)
Yang bikin dia tidak terima dalam kondisinya dia masih blm rela blm bisa melepas kepergian ibunya 4 tahun yang lalu, sekarang bapaknya menikah lagi, dia blm bisa menerima semua itu. Dalam hatiku, “Ya Rabb, Engkau tahu yang terbaik untuk adik ini, bantulah dia ya Allah.”

Aku terus mendengarkan curhatanya, yang membuatnya berkaca-kaca, aku memegangnya, “Dek, kalau kamu bisa melewati fase ini, kamu akan naik level, derajatmu akan diangkat oleh Allah, insyaAllah, yang kuat yaaa, Allah selalu bersamamu dek, aku juga.” Ucapku sambil menatapnya.

Entah mengapa tiba-tiba aku dengan mudahnya mengatakan “Dek, kamu sekarang punya Mbak, kalau ada apa-apa boleh cerita, boleh main kekosan, boleh hubungin mbk, kalau mbak bisa bantu, InshaAllah aku bantu, tenang yaa, kamu bisa melewati hal ini.”

“Ya Allah mbk, aku nggak tahu malam ini kok bisa bertemu dengan mbk.” ujarnya
“Mbak pernah kok ada diposisi sepertimu.” Ucapku.
Terus apa yang mbak lakukan?” tanyanya.
“setiap mau tidur, mbak ngobrol sama Allah, mbak minta maaf sama Allah, mbak bilang mbak nggak kuat, mbak curhatkan apa-apa yang ingin mbak curhatkan, lakukanlah, aku kira itu akan membuat kita tenang, karena Allah pasti bakalan menjawab dan memberi petunjuk kita, walaupun tidak langsung, seperti ini, mungkin kamu di arahkan Allah bertemu aku, untuk menjadi temanmu berbagi, Allah sayang banget sama kamu, makanya kamu diuji seperti itu, kamu kuat, kamu pasti bisa melewatinya, ayo belajar menerima, dan terus berproses ya, jangan menyerah, kan ada mbk disini.”


Matanya berkaca-kaca dan dengan syahdu berucap. “Iya mbak, aku bersyukur bertemu dengan orang-orang yang baik mbak, iya benar mbk, Allah yang menuntun kita, Allah yang mempertemukan kita, dan aku yakin Allah ngasih ujian sesuai kemampuan hambanya, aku senang bisa bertemu dengan mbak. Allah baik banget ya Mbak. Ya Allah, aku ingin menangis.” Katanya.


“iya dek, kita nggak boleh diam saja ya, mbk juga masih bljar, kalau ada masalah ya berusaha mencari solusi, minta bantuan ke Allah, entah nanti kita dipahamkan lewat tulisan, lewat orang yang kita temui, lewat apa yang kita lihat, lewat sesuatu yang kita tidak sangka-sangka, tugas kita adalah berusaha ya, jangan patah semangat, hidup memang seperti ini ya dek.”

“Iya mbak, bener banget, pikiranku sedikit terbuka sekarang mbak, aku harus bisa menerima, harus bisa bangkit, aku nggak mau seperti ini, duh pengen cerita banyak deh mbk tentang Allah, duh Allah itu maha segalanya ya...”

Perbincangan singkat itu kita sudahi karen hari sudah mulai malam. Energi positif dia tertransfer ke diriku dan begitupun sebaliknya, karena kita sefrekuensi. Ah, aku ingin bangkit saja.

Dia merasa lebih lega, lebih relaks lagi, bebannya agak mulai berkurang, walaupun hanya bercerita, hanya mencurahkan apa yang ingin dia luapkan, hari ini sangatlah menyenangkan bertemu dengan orang sefrekuensi, sefrekuensi kalau Allah tujuan akhir kita. katanya dengan tegas mengarah kepadaku.  “Allah yang memintarkan kita, yang membodohkan kita, Allah yang ngasih masalah, jadi Allah yang memberikan solusi, jadi apa-apa ke Allah ya mbak, minta ke Allah.”

Kita berdua mulai yakin seyakin yakinnya bahwa Allah itu maha baik, Allah enggak bakalan ngasih ujian diluar kemampuan hambanya, Allah tempat kita bergantung, dan semuanya bermuara pada Allah, kembali ke Allah. Ya ternyata aku dan dia juga sefrekuensi, sama-sama tertuju ke Allah. Aku merinding saat itu.

Jadi teman-teman, seberat dan sebesar masalah kita pasti ada masalah yang lebih lebih lagi yang dihadapi oleh orang lain, karena kitanya aja yang tidak suka bersosialisasi menjadikan kita sempit pikiran, sehingga seperti kita saja yang mendapatkan masalah, padahal diluar sana banyak orang-orang yang melawan dan berjuang dalam menyelesaikan masalahnya masing-masing yang lebih besar dari masalah kita.


Yuklah, berjuang dalam episode-episode kehidupan kita masing-masing, jangan putus asa ya, apalagi mau bunuh diri, jangan yaaa, mungkin saat kamu ada diposisi ingin menyerah kamu butuh seorang teman, kamu butuh seorang yang siap mendengarkan, carilah salah satu di antara temanmu, yang bisa menerima keluh kesahmu, atau kalau butuh aku hubungi aku ya, mungkin saja aku bisa membantu. KAMU ENGGAK SENDIRIAN J
Jalani masamu, cintai prosesmu, terima hasilmu. “Your Best start is Now.”

0 comments:

Post a Comment