Mentari pagi bersinar terang, menandakan ada suatu kehidupan.
Assalamu’alaikum warohmatullah my
sweet blog...
Setelah aku kemaren mengikuti LMT
1 dimalang, I have something to do in this year. Okay i begin with telling you
my story in PAPUA. Are you ready? Hohoho
Selama bertahun-tahun bapak dan ibuku
telah dinanti oleh keluargaku yang berada di Papua untuk berkunjung disana,
dikarenakan ada banyak hal yang harus dikerjakan, dan pastinya banyak amanah
yang tidak bisa ditinggal, keluargaku dijawa menunda keberangkatan untuk berkunjung
kepapua. Berhubung di semester 7 ini ada senggang liburan sebulan, dan
kebetulan kakekku dari Papua juga berkunjung kerumah, akhirnya banyak pihak
yang mendesak aku untuk ikut kakeku ke papua. Dengan izin Ayahanda akhirnya tanggal
29 siang aku membooking tiket pesawat dengan kakekku untuk ke Papua. Karena
juga kakekku udah tua dan nggak ada teman untuk balik kepapua, tak ada pilihan
lain juga untuk aku mengantarkannya ke papua yang ditunggu oleh nenekku disana.
Baru tahun ini aku mendapat izin
dari bapak untuk berkunjung kePapua. Karena bapak masih tidak tega untuk aku
pergi ke Papua. Banyak pertimbangan yang dipikirkan bapak untuk berani
melepasku pergi, tapi akhirnya beliau mengizinkanku di libur semester 7 ini.
Dengan izin Allah juga aku diberi kesempatan untuk menikmati disetiap
perjalanan panjangku menuju Papua. Jadi tahun ini adalah tahun dimana hal besar
aku dapatkan, pengalaman berharga yang aku dapatkan. Dengan semua itu, aku tak
boleh mengeluh, dan syukur yang tak terhingga kepada Allah.
Di Papua aku mengunjungi keluarga
besarku, ada empat keluarga dari saudara bapaku yang tinggal di Papua, walaupun
tidak asli orang pribumi papua, semua keluargaku selama bertahun-tahun menjadi
orang trasmigrasi kini mulai krasan dan menetap di Papua. Alhamdulillahnya,
Allah mengasih rezeki lancar di Papua, sehingga semua keluargaku dapat merubah
nasib dengan menjadi yang baik lagi dari sebelumnya tinggal di Jawa.
Bapakku adalah anak nomer satu
dari keluarganya, dan pada tahun 1990an, kakek dan nenekku beserta 6 anaknya
diboyong transmigrasi ke Papua untuk merubah nasib yang kian hari kian sulit
dijawa pada saat itu. Tinggallah bapakku seorang bersama ibuku dirumah di jawa
untuk menghuni rumah yang di tinggal kakek nenekku.
Beberapa tahun kemudian, adik
adik bapaku menikah di papua, ada yang dari jawa yang sudah menikah hingga
melahirkan di papua. Saat itu kondisi keluarga dari bapaku adalah sulit. Namun,
silang beberapa tahun kemudian, Allah mengizinkan om-om ku untuk mengembangkan
bisnis di Papua akhirnya alhamdulillah, semua bisnis yang dijalankan adik2
bapaku berjalan dengan lancar. Ada satu adik bapaku yang menikah dengan orang
makasar sehingga ikut suaminya ke makasar. Jadi pada tahun berikutnya, adik
bapak yang masih berada di papua berjumlah empat. Diatas sedikit flashback
cerita dari keluarga dari bapaku yang merantau di Papua, sampai saat ini.
Setelah membooking tiket untuk ke
papua, menurut rekomendasi dari om-omku yang ada dipapua, pesawat Batik lah
yang menurutnya enak dan nyaman. Sehingga ku terpengaruh untuk membooking tiket
Batik air untuk tanggal 31 jam 10 malam.
Hatiku sangatlah heran dan gembira karena akan baru merasakan duduk
dipesawat pertama kali. Perjalanannya sangatlah seruu.. jadi tetep baca sampai
akhir yaaa,hehhe.
Siang hari itu sehabis sholat
dhuhur, aku bapak ibuk dan kakek siap-siap untuk berangkat ke bandara. Karena
baru pertama kali pesan tiket pesawat, alhamdulillah aku udah gak asing dengan
aplikasi untuk membooking tiket pesawat, aku adalah salah satu pengguna
aplikasi traveloka, jadi aku udah gak ribet cari-cari agen tiket yang ada di
wilayahku. Alhamdulillah setelah itu aku sudah siapkan E-ticket untuk aku dan
kakekku. Semuaa sudah siap untuk berangkat, ku segera berpamitan dnegan
keluargaku yang ada dirumah untuk berkunjung ke Papua, alhamdulillah doa baik
mereka panjatkan untukku dan kakekku.
Berangkatlah aku ibu bapak dan
kakekku dan ditemani pak sopir mobil menuju bandara Juanda Surabaya.
Uuhh..astagfirullahaladzim aku lupa membawa jaketku dan jajan ringanku.. ya
udah deh ga papa, insyaAllah aku enggak kedinginan. Aamiin. Tepat pukul satu
berangkat dari desa Jambean tepat pak sopir tinggal. Hingga sampailah aku di
Juanda Surabaya sekitar jam setengah limaan. Dan dilanjutkan sholat ashar di
masjid yang ada di Juanda.
Dan aku agak kagook gitu, ini
gimnaa yaa cara check in nya, terus setelah ini gimana. Nggak banyak mikir,
karena aku udah gede yaa, yaa tanya aja sama pak petugas, hehehe.
Permisi pak, ini batik air
terbang jam berapa yaa? Tanyaku. “bisa liat tiketnya?” ku tunjukan e-tickets
nya dan langsung pak petugas menginformasikan. “mbak bisa liat papan informasi
diatas, nah itu ada batik air terbang jam 10 malam nanti mbak, jadi bisa
ditunggu dulu.” Jelasnya. “ oh baik pak, terimakasih banyak.” Ku masih tak puas
dengan pertanyaan dengan petugas tadi, aku berbicara dengan bapak, “Bapak, kata
petugas tadi jam 10 baru berangkat, tapi kok kode penerbangannya gak sama ya?”
tanyaku. “ Terus sudah tanya petugasnya?” jawab bapak. “Sudah sih tadi, katanya
kode yang di e-ticket yang salah yang bener ikut yang dipapan informasi.”
Jelasku. “Ya udah ditunggu saja.” Jawab Bapak. “Bapak, apa mungkin diarah sana
(sambil menunjuk kearah depan) ada penerbangan batik juga, soalnya kemaren dek
dian diarah sana turunya dari mobil.” Tanyaku, “ Yaa kalau arah sana biasanya untuk
penumpang yang baru tiba, tapi coba kita liat dulu.” Jelas bapak. Aku ibuk dan
bapak menuju kearah barat untuk memastikan apakah batik air juga masuk dari
arah sana.
Ternyata hasilnya zonk, jadi ke
arah barat itu benar kata bapak, yaitu Arrival atau ketibaan penumpang. Disana
tidak ada informasi penerbangan Batik Air.
Akhirnya ku balik untuk bertanya dengan ke petugas yang ada di bandara,
petugas itu menginformasikan kalu batik keberangkatan jam 22.00 check innya
dimulai jam 7. Alhamdulillah deh kalau nggak gini gak punya pengalaman to aku,
iyaa akhirnya sudah mempunyai kepastian kalau pesawat berangkat jam 22.00 WIB.
Setelah itu, bapak ibuk
memutuskan untuk menunggu aku sampai check in. Alhamdulillah lagi aku mempunyai
kedua orang tua yang sangat sayang banget sama aku. Pukulpun menunjukan jam
18.00 waktu magrib untuk daerah Surabaya sekitar, aku mengajak bapak ibuk ke
mushola lagi untuk sholat magrib. Aku yang membawa tas kecil warna coklat di
depan perutku dengan ditemani ibuk yang membawa tas kecilnya, dan bapak dengan
tegapnya mengiring perjalanan kita. saat itu, nange dengan pak sopir menunggu
barang di tempat tunggu bandara.
Sehabis menunaikan sholat magrib,
kita menuju tempat nange dan pak sopir yang menunggu barang. Dan waktunya untuk
menunggu untuk check in ke dalam. Tak lupa om ku yang ada di papua menelpon
bapak dan aku, menanyakan apakah sudah sampai bandara, apakah sudah check in,
dan lain-lain. Disaat bersamaan aku sudah sampai di bandara Juanda, om ku dan
bulek ku yang ada di papua sudah menunggu di Sorong untuk menjemputku,
perjalanan tempat tinggal om dan bulekku ke sorong atau kebandara SOQ sekitar 5
jam, jadi om ku hari minggu pagi sama bulek sudah melakukan perjalanan ke bandara,
dan dilanjutkan dengan kolakan atau belanja barang-barang untuk tokonya di
siang harinya. Lalu, minggu malam menginap di penginapan yang dekat dengan
Bandara SOQ. Kembali ke ceritaku yang
ada di Surabaya, setelah mengabarin kalau saya sudah mau check in jam 7 malam
WIB, om dan bulek ku sudah ayem. Dan akan menunggu ke esokan harinya.
Waktu tepat jam 19.00 aku
bergegas untuk pamit cium tangan bapak ibu kalu aku sudah mau ke Papua.
Dilanjutkan masuk ke pintu pertama di petugas bandara. “tiketnya mbak?” ujar
petugas bandara. Lalu langsung aku tunjukan e-ticket yang ada di hpku. “Ini
Pak, dua orang.” Jawabku. “Silakan masuk.
Setelah itu, semua barang di cek apakah berbahaya apa tidak, dimasukan
alat pendeteksi, aku g tahu apa namanya, ya pokoknya itu dah. Saat itu kakekku
yang belum berpengalaman tidak ikut menunggu dideretan pendeteksi barangku,
tapi beliau bersikeras memasukan barangnya di pendeteksi sebelahku, kebetulan
pendeteksi barang di Juanda ada dua, jadi aku masukan barangku sendiri, kakeku
juga masukan di pendeteksi sebelahnya. “Nang, nek kene wae bareng-bareng sama
barangku.” Teriakku. “Nggak usah sini aja.” Eeehh gak nyangka kakeku masih
memakai jam tangannya, dan mesin pedeteksipun nyala “tut tut tut.” Akhirnya
kakeku di suruh lepas jam tangan oleh petugas bandara. Hehehhe maklum orang tua
too ya begitulah.
Setelah mampir di mesin
pendeteksi, aku dan kakeku melanjutkan ke bagian bagasi, karena belum ada
pengalaman untuk masuk dibandara dan bagaimana alurnya, aku gunakan ilmu literasi ku aja, disana ter tulis Batik Air
dengan arah panah ke petugas bandara bagian bagasi. Akhirnya aku menuju ke arah
mbak-mbak Batik air di ujung timur. Ku dorong sekuat tenaga barang bawaan yang
akan di bagasikan. Dan ku disambut dengan senyuman manis oleh mbak cantik
petugas bandara dengan ucapan “ Selamat malam mbak.” Ujar mbaknya. “Iya mbak,
malam, apakah ini bagasi untuk batik Air?” tanyaku. “iya benar mbak, boleh
tunjukan tiket dan ktp nya?” saut mbak nya. Aku menunjukan e-tickets dan KTP ku
dan ktp kakekku. “Ini mbak.” Jawabku. “Baik, tunggu sebentar.” Waktu telah
berlalu, akhirnya mbaknya meminta barang untuk di bagasikan di depanku, setelah
itu aku di kasih print-out tiket. Setelah itu aku diarahkan untuk naik kepintu
selanjutnya.
Di pintu selanjutnya, aku dan
kakekku lapor dengan mas-mas petugas bandara, “Mau kemana dek?” tanya mas
petugas bandara. “Kepapua.” Jawabku. “Kepapua?, disana ngapain liburan atau
ngapain?” tanya lagi si mas petugas bandara ini. “disana ada keluarga yang mau
dikunjungi.” Ujar ku. Setelah di check tiket dan ktpku masnya mempersilakan
kita untuk ke pintu 8. “Okay, ati-ati ya dek, nanti ini masuk lalu belok kanan
masuk ke pintu 8 nanti ya.” Ujar mas petugas. “Baik mas, terimakasih banyak.”
Jawabku.
Setelah itu aku bersama kakeku
mencari pintu 8 untuk menunggu keberangkatan pesawat, dikarenakan aku gak punya
pengalaman sama sekali untuk naik pesawat akhirnya aku ikut mengantri
orang-orang di gate 8, hehehe. “Ayok nang, lewat sana,” ujarku. Akhirnya setelah mengantri aku tunujukan tiket
kepada petugas pintu 8. “ ini mas tiketnya, dua orang.” Dengan PD-nya aku
mengasihkan tiketku ke petugas pintu 8. “Oh ini masih nanti boardingnya, jam
setengah 10 ya!” jelas masnya. “Oh gitu, baik mas, makasih banyak.” Dengan
santainya aku mengantri padahal belum boarding atau belum waktunya pesawatnya
terbang, hehehe.. dan saat itu masih jam 7an. Hehehe gak papa kale, kalu gak
gini gak berpengalaman. Akhirnya aku membalikkan badan dan mencari tempat untu
menunggu pesawat untuk boarding. Ternyata ku akui literasiku kurang, di atas
pintu 8 itu sudah ada informasi kalau Batik air dengan kode 6196 itu sekarang
masih check in, yang lagi boarding itu lion. Wkwkwkwk. Aaah kudu ketawa sendiri
aku sama kakekku.. hmm. It’s oke. Aku seneng dapat pengalaman baru hari itu.
Hppun berdering, “Nduk, bapak tak
pulang dulu yaa, hati-hati, jangan lupa dzikir dan sholawat kalu naik pesawat
nanti”. Sms dari bapak. “siap bapak,” balasku.”
Aku menunggu dari jam 7an lebih
sampai jam setengah sepuluh dengan kakeku disampingku, saat-saat menunggu aku
isi dengan membaca novel khadijah, tilawah al-quran, dan sholat isya’.
Pengumuman dari petugaspun sudah
bersuara bahwa pesawat Batik air ID 6196 dengan tujuan makasar akan segera
boarding, aku dan kakekku segera bergegas menuju pintu 8 lagi untuk di check
oleh petugas. Setelah di check diarahkan kedalam dan melewati lorong dengan
penumpang lainnya, setelah turun dari lorong diarahkan untuk naik bis menuju
pesawat Batik Air. Naiklah semua penumpang
ke pesawat Batik Air dan aku mencari tempat duduk sesuai dengan nomor duduk
yang ada di tiket.
“Bismillahirohmanirrokhim.” Ya
Allah aku naik pesawat pertama kali, semoga engkau daratkan kami semua dengan
selamat. Aamiin.
Karena pesawat yang menuju Papua
tidaklah langsung sampai di sorong, melainkan harus transit di Bandara
Hassanudin, Makasar. Dalam perjalan
menuju Makasar, dzikir kepada Allah selalu membasahi bibirku, dan membuatku
lebih percaya bahwa Allah akan selalu menjagaku. Saat itu aku hanya bisa berdoa
semoga perjalananku ke Makasar berjalan dengan lancar dan mendarat dengan baik.
Selama ada di pesawat aku tak bisa tidur, tak bisa mata ini menutup, terus aku
pandangi cendela yang semakin lama semakin tinggi, semakin jauh dari bumi.
“Allah, Allah, Allah,” sebutku dari hati.
Banyak berdzikir, meminta
perlindungan Allah adalah cara terbaikku di dalam pesawat. Bukannya karena
pertama kalinya aku naik pesawat, namun sudah kewajibanku untuk selalu
mengingat Allah dimanapun dan kapanpun. Sekitar 1 jam setengah aku dan kakekku
dan penumpang lainnya berada diatas awan. Setelah ada rambu-rambu dari awak
pesawat bahwa pesawat akan landing sebentar lagi. Ku terus melihat pemandangan
bawah, ku terus memuji-Nya. Berhubung aku terbang tepat di malam tahun baru
2018, aku melihat di bumi Makasar percikan-percikan kembang api yang sangat
memanjakan mataku, tanpa terdengar suara yang dipantulkan dari bawah karena
terliat jauh jaraknya, seakan-akan percikan-percikan kecil yang terbentang
luas, bersautan untuk mengembangkan apinya ke langit, menjadikanku tersadar bahwa kuasa dan ke agungan-Nya
sangatlah menakjubkan. “MasyaAllah,” ucapku dengan gemetar.
Alhamdulillah, akhirnya pesawat
Batik air landing dengan sangat cantik di Bandara Hassanudin, Makasar.
Bergegaslah aku dan seluruh penumpang untuk bersiap-siap turun dari pesawat,
tak lupa untuk mengambil tas ranselku yang bearada di atas bagasi atas, dan
turunkan aku dengan diakhiri di ujung pintu pesawat “Terimakasih, semoga
berjumpa kembali di batik air.” Salam hangat dari pramugari Batik Air.
Kita semua menuju pintu transit
untuk menunggu keberangkatan di pagi hari, sekitar pukul 04.15 WITA. Di bandara
Makasar sampai pukul jam 10.11 pm sehingga aku dan kakekku menunggu di ruang
tunggu untuk transit setelah melapor bahwa kita akan terbang ke Sorong. Saat itu
hatiku bersyukur alhamdulillah kepada Allah telah melindungi dalam perjalanan
ke Makasar.
Di dalam perjalanan ku tak lupa
untuk lakukan sholat Isyak, aku tak punya pilihan lain, karena ini pengalaman
pertamaku, aku sholat isyak di bandara Juanda sebelum terbang dengan keadaan
sebisaku, karena aku tak menemukan mushola di ruang dalam check in, yang ku
tahu di luar ruang seblm check in. Aku percaya Allah pasti tahu keadaanku saat
itu.
Oiya, aku tak lupa mengabari
bapaku dan om ku yang ada di papua bahwa aku sudah landing di Makasar. Oh iya
aku lupa menceritakan, kalau aku mengenal mas-mas yang baik saat terbang ke
makasar. Dikarenakan mas yang ku tak tahu namanya, hahaha duduk di samping
tempat duduk kakekku aku tanyain dah, mau tujuan kemana, ternyata masnya juga
ke sorong, wah sama dong. Akhirnya kita di pesawat yang sama terus, masnya
ternyata kerja di sorong, kelihatanya sudah mempunyai istri, hehehe. Dan aku g
tahu juga namanya. Yang kejadian baiknya, di pesawat menuju sorong aku dapat
kursi pesawat yang tidak dekat dengan cendela akhirnya mas ini menawarkan diri
untuk aku berganti dengan tempat duduknya yang dekat cendela. Hehe. Makasih mas
yang tak ku kenal namanya. Karena aku ingin melihat pemandang indah di langit
Allah.
Perjalanan di lanjutkan di pagi
hari jam 04.10 WITA, aku yang diterjang rasa kantuk tapi tak bisa tidur harus
membangunkan kakekku yang tertidur lelap di sampingku menunggu keberangkatan
pesawat ke Sorong. Setelah sudah sampai dipesawat dengan bertukaran tempat
duduk dengan mas-mas tadi aku memulai untuk berdoa agar di beri keselamatan
Allah sampai sorong.
Langit masih gelap dan aku akan
menunggu sang matahari terbit dari timur, aku tertidur beberapa menit dan
terbangun lagi, hingga terjaga, tertidur sebentar, dan terbangun sekitar jam
lima WIT, masyaAllah langit mulai cerah aku liat dari cendela dekat sayap
pesawat, aku saat itu berada di atas awan beneran, aku berada di atas laut yang
sangat luas, aku tak melihat seorang terlihat dari atas awan, ku hanya melihat
hanya pulau-pulau kecil yang bertebaran di bumi seperti ku melihat sebuah peta
yang biasa ku liat di atlas. “Ya Robb, kuasa-Mu, kebesaran-Mu, membuatku
meleleh”. Ucap dalam hatiku.
Ku terus menikmati perjalanan
melewati awan yang sangat indah, sepertinya ku berada di negeri awan yang indah
dan mempesona. Saat itu aku sedang dimanjakan Allah untuk melihat keindahan
ciptaan-Nya yang ada di langit dan di bumi. Mataharipun mulai bersinar dari
ufuk timur, pesaawat membelokan sayapnya, perlahan-lahan mulai mendekati bumi
sang rumah manusia, detik demi detik mengantarkan mata ini menuju bumi yang
luasnya MasyaAllah banget, pegunungan-pegunungan yang berada di papua
seakan-akan menyambutku dengan kehijauannya yang menenangkan hati yang sempat
deg-degkan saat berada di atas pesawat. Sekali lagi pesawat akan segera
landing, laut kaya Papua juga menyambut kedatanganku dengan biru warnanya di
bawah pesawat.
Aku dan segenap penumpang lainnya
akan segera menginjakkan kaki di bumi papua, kita landing dengan selamat, satu
persatu ku nikmati betul pemandangan yang jarang ku liat disetiap harinya,
dengan menyebut dan memuji nama bagus-Nya. Aku terus tersadar bahwa aku ini
hamba-nya yang sangatlah kecil yang tak punya apa-apa untuk-Nya. Ya Rabb,
kuasa-Mu, kebesaran-Mu, membuatku meleleh. Ingin ku menceritakan semua ini pada
bapak-ibuku dan kelak pada sang kekasih yang belum kejumpai bahwa aku punya
cerita yang ingin ku ceritakan tentang ke-Agungan-Nya. Semoga perjalanan naik
pesawat ini menjadikanku lebih ingat lagi bahwa kita harus berjalan ke bumi
untuk melihat betapa luas bumi Allah, betapa indah ciptaan-Nya sehingga membuat
kita sadar dan selalu ingat pada-Nya. Semoga diri ini bisa menjadi taat lagi
pada-Nya. Karena diri ini tak ada apa-apanya bagi Allah, bahwa diri inilah yang
membutuhkan Allah, bukan Allah yang membutuhkan kita. perjalanan di langit
sangatlah menyenangkan, dan landingnya pesawat diakhiri oleh meteor yang tak
sengaja aku liat di cendela pesawat dengan memancarkan cahaya indahnya untuk
mengabarkanku bahwa aku sudah sampai di pulau Papua.
Sampailah di bandara SOQ sorong,
aku dan kakekku sudah keluar dari badan pesawat. Tak lupa aku sms om ku yang
siap menjemput dari penginapannya.
Samnbil aku menunggu barang yang
aku bagasikan aku telah ditunggu om sut di penjemputan. Dan akhirnya aku dari
kejauhan melihat beliau siap menunggu ku. “Om sut...” dengan melambaikan
tangan. Dan akhirnya aku sampai di papua, segeralah bergegas aku cium
tangannya, dan kita menuju mobil hiluk nya. Aku kakekku dan om sut menuju ke
penginapan bulekku bersama hafid anak bungsunya. Cerita-cerita banyak kami
obrolkan dalam perjalanan pulang ke kampung tempat tinggal di papua, sekitar 5
jaman baru sampai di rumah nenekku. Disana sudah disambut keluargku yang
bearada di papua. Adek-adek keponakkanku sudah tak sabar menunggu ku sampai di
tempat nenekku.
Dan rencana bersilaturahmipun
sudah ku rancang, dan ini hasil mbolangnyaaa :)..........
Hari pertama di DOE
Kerang,
Hari Kedua di Om sud (Mati Lampu)
Hari Ketiga di Bulek Ida (
Bersama irma)
Daging rusa
Hari Ke Empat di Bulek Ni (Makan
ikan bawal, goreng2, bercanda ria)
Ikan bawal
Hari ke Lima di Pak Lek Wo
Bakso
Hari Ke enam di Bu Nur.
Cumi-cumi
Dan ternyata 15 hari sudah aku di
papua bertemu sanak-saudara. Namun di papua aku tak hanya main sana-dan main
sini, tidak. Banyak hal yang aku pelajari, banyak hal baru yang aku temui , dan
banyak hal juga yang aku tak tahu sebelumnya. Seperti ilmu bagaimana cara
berkeluarga, bagaimana menyambut keluarga, bagaimana bersikap yang baik,
bagaimana kehidupan di papua telah mengajarkanku bahwa di tinggal di tanah jawa
adalah keberkahan yang Allah berikan kepada semua. Tinggal di jawa merupakan
nikmat Allah yang diberikan kepada makhluknya, tetapi di tanah papua juga bisa
mengajarkanku bagaimana itu berjuang dalam hidup, bagaimana jauh dari
keramaian, jauh dari hal yang serba instan, jauh dari internet. Semua
mengajarkanku bahwa semua manusia telah Allah kasih tugasnya masing-masing,
semua telah diatur Allah dengan apik bumi dan langit ini.
Tanah papua memang asri banget,
cocok banget untuk menenangkan pikiran dari kebisingan perkotaan. Di tempat
tinggal keluargaku disana masih jarang rumah dalam satu desa, jadi masih banyak
tanah yang kosong disana, dan kebanyakan yang menghuni desa itu adalah
orang-orang trasmigrasi, entah dari jawa atau sulawesi. Dan kebanyakan orang
asli papua masih tinggal di daerah tertentu yang diarea itu memang masih banyak
orang asli papua.
Kalu aku renungkan, inilah
keanekaragaman indonesia, bahkan dunia. Yang berbeda-beda tetapi semua guyup
rukun.
Tanggal 15 aku terbang dari
bandara SOQ, pagi jam 8 WIT aku berangkat, pukul 10 lewat dikit sampai di
makasar, jam 9 pagi WITA, dan sampai surabaya pukul 10 lebih WIB aku sampai di bandara Juanda Surabaya.
Alhamdulillah sudah ada senyuman
lebar dari bapak ibuk yang menungguku di pintu kedatangan.
Semoga nanti, aku bisa kesana
lagi untuk yang kedua kalinya. Aamiin
0 comments:
Post a Comment