Di
mulai dari kesadaran diri untuk apa hadir di dunia ini, aku akhirnya memutuskan
untuk terus belajar mendalami ilmu agama Islam, walapun gak sesempurna
anak-anak di pondok atau dipesantren, gak sekomplek mereka yang ada dinaungan
instansi gede, namun aku belajar mencari ilmu sendiri sebisa mungkin aku
dapatkan, dari siapapun sekarang aku kudu mulai terbuka untuk ilmu baru, kudu
mau untuk menerima nasihat dan pesan pesan baik darimanapun.
Kalaa
itu aku bingung dengan diriku sendiri, kala itu aku tak tahu harus melakukan
sesuatu bermanfaat apa, harus bergegas kemana, karena ku tahu kala itu aku baru
menjadi mahasiswa aktif perguruan tinggi, dan ku menemui orang baru, teman
baru, pikiran baru, pandangan baru, pendapat baru, guru baru, suasana baru,
kelas baru, jalan baru, dan semua side of life itu kayak baru semua. It means
itu semua akan ngerubah perspektive aku yang sebelumnya menjadi siswa kini
menjadi mahasiswa, aku merasa berat sekali menghadapi masaa itu, sehingga tak
bisa tidur, harus apaa aku ini sebagai mahasiswa, tentu tak akademis saja yang
ku kejar tapi yang lain, karena menjadi mahasiswa memang tak semudah kata
orang. Mahasiswa kudu bisa lebih kritis, lebih aktif, lebih bisa manfaat ke
sesama. Saat itulah peran sekitar will influence my next journey.
Akhirnya,
karena aku ingin dekat sama Allah, aku memutuskan untuk dijurusan untuk ikut
devisi SKI di jurusan bahasa Inggris, aku masuk dengan teman-teman baru,
mendapat kakak senior baru dan aku punya keluarga baru di SKI-ED. Dari situ,
aku mulai mengenal sosok kakak yang ku nilai aktif dalam kampus, ku coba dekati
dia, akhirnya aku sedikit dekat dengannya, akhirnya dikit demi sedikit aku
pupus rasa gelisahku dengan mengikuti kegiatan yang manfaat di ski, walaupun di
ski aku bukan siapa siapa aku banyak belajar hal baru disana. Lalu, aku kadang
di beri padangan baru oleh kakak senior ski ku, yaa bisa disebut mbak Melati,lama
tak lama aku seperti mengkokohkan prinsipku, lama tak lama aku mencoba belajar
menghargai waktu, yang mana banyak diantara temen-temenku ga melanjutkan
mengikuti kegiatan ski, karena lebih concern ke hal lain, disitu aku tetap
bertahan untuk ski bersama beberapa tmen dari kelas lain. Dari situ, aku sering
ikut kajian, sering ikut diskusi. Dan dengan binaan kakak senior ski ku, aku
bisa memperbaiki diriku, disitulah aku mulai ditawari oleh kakak senior ski
untuk mengaji, dengan senangn hati aku ikut mengaji diluar ski, dan aku
menemukan teman baru juga. Akhirnya, aku punya seorang Murrobi, yang awal aku
tak mengenal agama Allah lebih dalam, saat itulah mulai tahu lebih dari
sebelumnya. Lucunya, karena aku udah putus ngaji dari mulai aku SMA, ngaji sendiri
dirumah, pas ditanya siapa Murrobimu, aku pun tak tahu apa itu murrobi, apa itu
liqo, halaqah dan sebagainya. Ku mulai tahu semua itu setelah aku ikut ngaji
diluar kampus, sekarang aku dalam tarbiyah diluar kampus juga.
Panjang
banget ceritanya, aku itu merasa dari aku kecil kaya Allah itu menuntun aku
untuk memperbaiki diri aku menjadi seorang yang baik lagi gitu, secara tidak
langsung aku kaya dipesiapkan Allah menajadi seorang Da’i. Walaupun aku g
pantas menyandang kata Da’i, tapi seengaknya aku kudu bisa menyebar kebaikan
sebanyak mungkin. Kayak’nyaa.. Tapi prosesnya panjang, tapi prosessnya gak
instants. Iyaa.. seperti itu, aku mulai merasakan mencari ilmu apapun itu
nikmat, apalagi mencari ilmu agama, manfaat banget gitu.... dimanapun aku berpinjak
sekarang harus ku jadikan tempat belajar, karena siapapun itu orangnya bisa
menjadi guru kita. saat itu dan saat ini juga aku merasa aku sedang memulai
sesuatu baru, mulai mencintai membaca buku, mengoleksi buku, mendengarkan
hal-hal baru, melihat film baru, dan pikiranku mulai membuka satu persatu untuk
ilmu yang belum aku ketahui, aku mulai menegaskan diri bahwa gak ada kata
bosan, karena banyak hal yang perlu kita ketahui, jika bosan di hal satu harus
cari hal yang lain untuk menambah semangat kita.
Ya
Allah... puji syukur pada-Mu, Tuhan semsesta alam.
Dari
situ aku mulai terpikir untuk membuka wadah untuk desaku tercinta, karena efek
seringnya aku pulang kampung menjadikan aku tergugah untuk memikirkan sesuatu
yang kurang dikampungku, yaitu aku memikirkan bagaimana keadaan semua pemuda
yang ada didesaku saat ini. Aku tak kenal pemuda-pemuda yang ada didesaku, aku
tak begitu terkenal juga di kalangan mereka, bagaimana cara nya untuk bisa
menyentuh mereka, bisa bertegur sapa dengan mereka, dan melakukan hal baik
dengan mereka. Karena aku semasa SMA tak tinggal menetap didesa, jadi aku
mungkin tak dikenal oleh kalangan pemuda di desaku. Aaahhh.. dimana peranku
selama ini untuk tempatku lahir?, kadang terbelit pertanyaan seperti itu
dibenakku.
Akhirnya...
dari pemikiran pemikiran baru, dari hal-hal baru yang telah aku temui di
kuliah, ilmu-ilmu baru yang telah aku pelajari di kuliah, dan
pengalaman-pengalaman baru yang aku dapatkan dikuliah, menjadikan aku
memikirkan suatu hal di desaku,menjadikan aku menemukan hal baru untuk
dipecahkan, menemukan satu titik yang ingin aku lalui, dan menuntunku kearah
orang-orang baru juga didesaku. Iya... aku mulai bergegas untuk menghubungi
teman-teman yang aku kenal didesaku, akhinyaaa, selama kurang lebih tiga tahun,
aku sudah bisa memasuki dunia pemuda yang ada didesa. Itu semua memerlukan
proses yang sangat panjang, sangat lelah, dan butuh ekstra disegala aspek, dari
situlah Allah selalu menuntuntku ke arah untuk memperbaiki diriku. Allah telah
menulis jalan cerita hidupku sebelum aku akhirnya di titik sekarang ini.
Dan
dari situ, ku mulai yakin kalau suatu ilmu baru, pengalaman baru, keahlian
baru, yang kita alami, kita pelajari, akan membawakan kita atau akan
mempertemukan kita kepada seorang yang baru juga.
Sedikit
flashback, dari kecil memang ku senang sekali untuk mendekat dengan Allah, dan
alhamdulillah sampai sekarang masih diberi umur untuk mencoba taat kepada-Nya.
Hari hari ini, atau sudah beberapa waktu lalu...aku mencoba terus menggelitik
mereka pemuda-pemuda yang ada didesaku, untuk mengubah pola pikirannya, itu
semua bukan semata-mata untuk mereka tapi untuk diriku juga. Ketika aku
menggelitik pikiran seseorang yang ada disekitarku, artinya itu aku juga sedang
mengaktifkan pikiran kritisku untuk sekitar untuk lebih sadar apa yang sedang
terjadi.
Hari
demi hari, walupun ku harus membagi waktu dengan kuliahku, aku mulai memahami
pemikiran teman-teman didesaku, pemuda-pemuda di desaku memang membutuhkan
sosok inspiratif yang membuat mereka bersemangat untuk menebar kebaikan,
akhirnya tak lama mereka ada yang menjauh dari lingkaran, ada juga yang
mendekat untuk berjuang memperbaiki keadaan pemuda sekitar. Lucu memang, tapi
inilah seleksi alam, mereka ada yang kokoh ikhlas menuangkan pikiran dan
waktunya untuk memikirkan hal baru, dan pun juga sebaliknya. Aku tak bisa
mengelak, aku hanya bisaaa menyemangati membagikan suatu pengalaman, membagikan
cerita inspiratif, dan hal hal yang membuatnya tetap dibarisan ini. Aku terus
mencoba menggelitik mereka. Satu persatu menjadi bagian dari visi misi awalku.
Dan menjadi kokohlah akhirnya ikatan kita dalam kebaikan. Hingga terbentuklah
komunitas “ikatan pemuda cendekia” di desaku tercinta. Suatu wadah yang kami
persembahkan untuk pemuda di desa kami. Sekarang, masih terus dalam proses
pembenahan sistemnya, karena kita semua belajar bareng-bareng di wadah ini.
Kita semua terus berusaha merangkul semua kalangan muda di desa kami. Semoga
Allah selalu membersamai kami. Semoga ada terus pengganti-pengganti kami untuk
wakil Allah di desa ini. Semoga adanya ikatan ini menjadikan kami terus
menguatkan ukhuwah islamiyah kami. Aamiin.
Disamping
itu, aku terus mencoba memperbaiki diri, mencari ilmu baru, pengalaman baru,
agar bisa bertemu pada seseorang tertentu, yang mungkin bisa membuka cakrawala
pemikiranku dan membantu untuk berjuang dalam visi misi yang sama sepeerti yang
aku impikan, dan aku berharap akan bertemu orang-orang baru yang akan saling
mensupport aku dan aku mensupport mereka dalam ladang kebaikan yang telah Allah
siapkan untuk kita semua.
Aaamiin.
0 comments:
Post a Comment