Thursday, December 7, 2017

Hal baru, pengalaman baru, ilmu baru, teman baru, orang baru.

Di mulai dari kesadaran diri untuk apa hadir di dunia ini, aku akhirnya memutuskan untuk terus belajar mendalami ilmu agama Islam, walapun gak sesempurna anak-anak di pondok atau dipesantren, gak sekomplek mereka yang ada dinaungan instansi gede, namun aku belajar mencari ilmu sendiri sebisa mungkin aku dapatkan, dari siapapun sekarang aku kudu mulai terbuka untuk ilmu baru, kudu mau untuk menerima nasihat dan pesan pesan baik darimanapun.

Kalaa itu aku bingung dengan diriku sendiri, kala itu aku tak tahu harus melakukan sesuatu bermanfaat apa, harus bergegas kemana, karena ku tahu kala itu aku baru menjadi mahasiswa aktif perguruan tinggi, dan ku menemui orang baru, teman baru, pikiran baru, pandangan baru, pendapat baru, guru baru, suasana baru, kelas baru, jalan baru, dan semua side of life itu kayak baru semua. It means itu semua akan ngerubah perspektive aku yang sebelumnya menjadi siswa kini menjadi mahasiswa, aku merasa berat sekali menghadapi masaa itu, sehingga tak bisa tidur, harus apaa aku ini sebagai mahasiswa, tentu tak akademis saja yang ku kejar tapi yang lain, karena menjadi mahasiswa memang tak semudah kata orang. Mahasiswa kudu bisa lebih kritis, lebih aktif, lebih bisa manfaat ke sesama. Saat itulah peran sekitar will influence my next journey.

Akhirnya, karena aku ingin dekat sama Allah, aku memutuskan untuk dijurusan untuk ikut devisi SKI di jurusan bahasa Inggris, aku masuk dengan teman-teman baru, mendapat kakak senior baru dan aku punya keluarga baru di SKI-ED. Dari situ, aku mulai mengenal sosok kakak yang ku nilai aktif dalam kampus, ku coba dekati dia, akhirnya aku sedikit dekat dengannya, akhirnya dikit demi sedikit aku pupus rasa gelisahku dengan mengikuti kegiatan yang manfaat di ski, walaupun di ski aku bukan siapa siapa aku banyak belajar hal baru disana. Lalu, aku kadang di beri padangan baru oleh kakak senior ski ku, yaa bisa disebut mbak Melati,lama tak lama aku seperti mengkokohkan prinsipku, lama tak lama aku mencoba belajar menghargai waktu, yang mana banyak diantara temen-temenku ga melanjutkan mengikuti kegiatan ski, karena lebih concern ke hal lain, disitu aku tetap bertahan untuk ski bersama beberapa tmen dari kelas lain. Dari situ, aku sering ikut kajian, sering ikut diskusi. Dan dengan binaan kakak senior ski ku, aku bisa memperbaiki diriku, disitulah aku mulai ditawari oleh kakak senior ski untuk mengaji, dengan senangn hati aku ikut mengaji diluar ski, dan aku menemukan teman baru juga. Akhirnya, aku punya seorang Murrobi, yang awal aku tak mengenal agama Allah lebih dalam, saat itulah mulai tahu lebih dari sebelumnya. Lucunya, karena aku udah putus ngaji dari mulai aku SMA, ngaji sendiri dirumah, pas ditanya siapa Murrobimu, aku pun tak tahu apa itu murrobi, apa itu liqo, halaqah dan sebagainya. Ku mulai tahu semua itu setelah aku ikut ngaji diluar kampus, sekarang aku dalam tarbiyah diluar kampus juga.

Panjang banget ceritanya, aku itu merasa dari aku kecil kaya Allah itu menuntun aku untuk memperbaiki diri aku menjadi seorang yang baik lagi gitu, secara tidak langsung aku kaya dipesiapkan Allah menajadi seorang Da’i. Walaupun aku g pantas menyandang kata Da’i, tapi seengaknya aku kudu bisa menyebar kebaikan sebanyak mungkin. Kayak’nyaa.. Tapi prosesnya panjang, tapi prosessnya gak instants. Iyaa.. seperti itu, aku mulai merasakan mencari ilmu apapun itu nikmat, apalagi mencari ilmu agama, manfaat banget gitu.... dimanapun aku berpinjak sekarang harus ku jadikan tempat belajar, karena siapapun itu orangnya bisa menjadi guru kita. saat itu dan saat ini juga aku merasa aku sedang memulai sesuatu baru, mulai mencintai membaca buku, mengoleksi buku, mendengarkan hal-hal baru, melihat film baru, dan pikiranku mulai membuka satu persatu untuk ilmu yang belum aku ketahui, aku mulai menegaskan diri bahwa gak ada kata bosan, karena banyak hal yang perlu kita ketahui, jika bosan di hal satu harus cari hal yang lain untuk menambah semangat kita.
Ya Allah... puji syukur pada-Mu, Tuhan semsesta alam.

Dari situ aku mulai terpikir untuk membuka wadah untuk desaku tercinta, karena efek seringnya aku pulang kampung menjadikan aku tergugah untuk memikirkan sesuatu yang kurang dikampungku, yaitu aku memikirkan bagaimana keadaan semua pemuda yang ada didesaku saat ini. Aku tak kenal pemuda-pemuda yang ada didesaku, aku tak begitu terkenal juga di kalangan mereka, bagaimana cara nya untuk bisa menyentuh mereka, bisa bertegur sapa dengan mereka, dan melakukan hal baik dengan mereka. Karena aku semasa SMA tak tinggal menetap didesa, jadi aku mungkin tak dikenal oleh kalangan pemuda di desaku. Aaahhh.. dimana peranku selama ini untuk tempatku lahir?, kadang terbelit pertanyaan seperti itu dibenakku.

Akhirnya... dari pemikiran pemikiran baru, dari hal-hal baru yang telah aku temui di kuliah, ilmu-ilmu baru yang telah aku pelajari di kuliah, dan pengalaman-pengalaman baru yang aku dapatkan dikuliah, menjadikan aku memikirkan suatu hal di desaku,menjadikan aku menemukan hal baru untuk dipecahkan, menemukan satu titik yang ingin aku lalui, dan menuntunku kearah orang-orang baru juga didesaku. Iya... aku mulai bergegas untuk menghubungi teman-teman yang aku kenal didesaku, akhinyaaa, selama kurang lebih tiga tahun, aku sudah bisa memasuki dunia pemuda yang ada didesa. Itu semua memerlukan proses yang sangat panjang, sangat lelah, dan butuh ekstra disegala aspek, dari situlah Allah selalu menuntuntku ke arah untuk memperbaiki diriku. Allah telah menulis jalan cerita hidupku sebelum aku akhirnya di titik sekarang ini.

Dan dari situ, ku mulai yakin kalau suatu ilmu baru, pengalaman baru, keahlian baru, yang kita alami, kita pelajari, akan membawakan kita atau akan mempertemukan kita kepada seorang yang baru juga.
Sedikit flashback, dari kecil memang ku senang sekali untuk mendekat dengan Allah, dan alhamdulillah sampai sekarang masih diberi umur untuk mencoba taat kepada-Nya. Hari hari ini, atau sudah beberapa waktu lalu...aku mencoba terus menggelitik mereka pemuda-pemuda yang ada didesaku, untuk mengubah pola pikirannya, itu semua bukan semata-mata untuk mereka tapi untuk diriku juga. Ketika aku menggelitik pikiran seseorang yang ada disekitarku, artinya itu aku juga sedang mengaktifkan pikiran kritisku untuk sekitar untuk lebih sadar apa yang sedang terjadi.

Hari demi hari, walupun ku harus membagi waktu dengan kuliahku, aku mulai memahami pemikiran teman-teman didesaku, pemuda-pemuda di desaku memang membutuhkan sosok inspiratif yang membuat mereka bersemangat untuk menebar kebaikan, akhirnya tak lama mereka ada yang menjauh dari lingkaran, ada juga yang mendekat untuk berjuang memperbaiki keadaan pemuda sekitar. Lucu memang, tapi inilah seleksi alam, mereka ada yang kokoh ikhlas menuangkan pikiran dan waktunya untuk memikirkan hal baru, dan pun juga sebaliknya. Aku tak bisa mengelak, aku hanya bisaaa menyemangati membagikan suatu pengalaman, membagikan cerita inspiratif, dan hal hal yang membuatnya tetap dibarisan ini. Aku terus mencoba menggelitik mereka. Satu persatu menjadi bagian dari visi misi awalku. Dan menjadi kokohlah akhirnya ikatan kita dalam kebaikan. Hingga terbentuklah komunitas “ikatan pemuda cendekia” di desaku tercinta. Suatu wadah yang kami persembahkan untuk pemuda di desa kami. Sekarang, masih terus dalam proses pembenahan sistemnya, karena kita semua belajar bareng-bareng di wadah ini. Kita semua terus berusaha merangkul semua kalangan muda di desa kami. Semoga Allah selalu membersamai kami. Semoga ada terus pengganti-pengganti kami untuk wakil Allah di desa ini. Semoga adanya ikatan ini menjadikan kami terus menguatkan ukhuwah islamiyah kami. Aamiin.

Disamping itu, aku terus mencoba memperbaiki diri, mencari ilmu baru, pengalaman baru, agar bisa bertemu pada seseorang tertentu, yang mungkin bisa membuka cakrawala pemikiranku dan membantu untuk berjuang dalam visi misi yang sama sepeerti yang aku impikan, dan aku berharap akan bertemu orang-orang baru yang akan saling mensupport aku dan aku mensupport mereka dalam ladang kebaikan yang telah Allah siapkan untuk kita semua.


Aaamiin.

0 comments:

Post a Comment